Selasa, 04 Oktober 2011

BAB 5 MENGGUNAKAN SECARA LISAN KALIMAT TANYA/PERTANYAAN DALAM KONTEKS BEKERJA

BAB 5
MENGGUNAKAN SECARA LISAN KALIMAT
TANYA/PERTANYAAN DALAM KONTEKS BEKERJA


Wacana
Pertumbuhan Kami Paling Tinggi
Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan kesejahteraan masyarakat.
Melihat kenyataan itu, Pemkab Sragen berupaya memacu pergerakan sektorsektor
ekonomi. Mengupas strategi yang dijalankan Pemkab Sragen, berikut
petikan wawancara SINDO dengan Bupati Sragen, Untung Wiyono.
Bagaimana visi Anda dalam membangun Sragen?
Kami berkeinginan menjadikan Sragen sebagai kabupaten cerdas
yang dilandasi kemandirian, kemajuan, dan penegakan supremasi hukum.
Didukung SDM berkualitas yang bertumpu pada ilmu pengetahuan
dan teknologi, hasil pertanian, industri, pariwisata, perdagangan/jasa,
kesehatan, wawasan lingkungan, dalam rangka mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan lahir batin.
Apa program-program Pemkab untuk mengentaskan kemiskinan?
Pemkab membuat program dan kegiatan yang secara langsung maupun
tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus
dapat mengurangi jumlah pengangguran. Kebijakan ini diarahkan agar
dapat mengurangi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Untuk
itu, program dan kegiatan harus diarahkan pada kebutuhan mendasar bagi
masyarakat miskin.
Bagaimana efektivitas program-program tersebut?
Sangat efektif, terbukti pertumbuhan ekonomi terus mengalami
peningkatan. Tercatat, pada kuartal pertama 2007, pertumbuhan ekonomi
Sragen mencapai 6,8%. Angka ini paling tinggi di wilayah Karesidenan
Surakarta. Angka kemiskinan secara riil juga terus mengalami penurunan
setiap tahunnya.
Apa kendala yang dihadapi dalam menjalankan program-program itu?
Kendala awal adalah data yang kurang akurat. Selain itu, infrastruktur
yang sebelumnya belum memadai.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 93
Apa rencana Anda selanjutnya terkait program pengentasan kemiskinan?
Desentralisasi desa dan kecamatan yang berorientasi pada pelayanan
masyarakat, serta menempatkan tiga PNS di tiap-tiap desa. Satu PNS
adalah Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang tugasnya mengarahkan
petani di desa untuk membangun ekosistem pertanian, peternakan, dan
perikanan yang ideal. Dua PNS lainnya fokus pada program pemberdayaan
masyarakat desa.
Anda puas dengan hasil yang telah diperoleh?
Yang jelas, kemajuan harus terus ditingkatkan untuk mewujudkan
masyarakat Sragen yang sejahtera.
Apa program terobosan yang akan dilakukan pada masa mendatang?
Salah satunya membuat program pendataan tanah. Program ini berbasis
desa. Dengan berbasis desa, Pemkab berharap proses sertifikasi tanah
di Sragen bisa dilakukan secara serempak.
Kemudian, kami akan terus menjalankan program one-stop service.
Namun, keberadaan pelayanan terpadu satu pintu hanyalah salah satu
sarana untuk meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat. Ke depan tetap
diperlukan berbagai inovasi lain. Manajemen pemerintahan harus inovatif,
tidak boleh berhenti.
(Sumber: Berita Kota Minggu, 6 Januari 2008)
A. Pengertian dan Fungsi Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang disampaikan dengan maksud
mendapat jawaban berupa informasi, penjelasan, atau pernyataan. Jawaban
atas kalimat tanya dapat berbentuk jawaban pendek atau panjang.
Kalimat tanya berfungsi untuk meminta jawaban berupa penjelasan,
untuk menggali informasi, untuk klarifikasi, atau konfirmasi. Kalimat
tanya juga digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu yang disebut kalimat
tanya tersamar. Selain itu, ada juga kalimat tanya yang diajukan tanpa
memerlukan jawaban yang disebut kalimat tanya retoris. Pada pelajaran
ini, macam-macam kalimat tanya seperti itu akan kita pelajari kembali.
Perhatikan contoh keragaman kalimat tanya berikut.
94 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
1. Apakah Anda bersedia ditugaskan di sini? (konfirmasi)
2. Dari semua barang yang ditawarkan ini, mana yang Anda pilih?
(pilihan)
3. Di manakah alamat Anda? (menggali informasi tentang tempat)
4. Apakah kita tidak malu menjadi bangsa yang terkenal karena korupsinya?
(retorik)
5. Siapa yang tidak hadir hari ini? (menanyakan orang)
6. Bagaimana perasaannya, hanyalah Tuhan yang tahu. (retorik)
7. Diakah orang yang kemarin mencarimu? (klarifikasi)
8. Sudahkah Anda terima kiriman saya kemarin? (konfirmasi)
9. Dapatkah Anda menyelesaikan tugas ini dengan cepat? (menyuruh)
10. Siapakah yang tidak ingin sukses? (retorik)
B. Jenis Kalimat Tanya
Dilihat dari pemakaian secara lisan maupun kalimat, kalimat tanya
dapat dibedakan menjadi kalimat tanya biasa, tanya retoris, kalimat tanya
bertujuan untuk klarifikasi atau konfirmasi, dan kalimat tanya tersamar.
1. Kalimat Tanya Biasa
Salah satu ciri kalimat tanya ialah menggunakan kata tanya. Kata tanya
biasanya digunakan untuk pertanyaan yang bertujuan meminta penjelasan
atau menggali informasi. Di bawah ini adalah tabel yang berisi macammacam
kata tanya dan tujuan penggunaannya berikut jawaban yang
diinginkan oleh penanya. Perhatikan dengan saksama.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 95
apa (-kah) ? suatu benda/binatang ya/tidak/bukan
bagaimana (-kah) ? cara/proses menjelaskan cara/proses kerja sesuatu
berapa (-kah) ? jumlah menjelaskan jumlah tertentu (yang pasti)
bilamana (-kah) ? waktu menjelaskan waktu/kurun waktu tertentu
dari mana (-kah) ? arah/asal menjelaskan arah/asal muasal sesuatu
mana (-kah) ? tempat menjelaskan nama/lokasi/posisi tempat
kapan (-kah) ? waktu menjelaskan waktu/kapan peristiwa terjadi
keberapa (-kah) ? urutan menjelaskan urutan ke berapa dari sejumlah angka
kemana (-kah) ? arah/tujuan menjelaskan arah/tujuan yang dituju
mana (-kah) ? pilihan menjelaskan satu/beberapa dari sejumlah pilihan
mengapa (-kah) ? alasan menjelaskan alasan/sebab terjadinya sesuatu
siapa (-kah) ? orang/manusia menyebutkan nama dan penjelasan seperlunya
dengan apa (-kah) ? alat menyebutkan alat yang digunakan
Kata
Tanya
Partikel Menanyakan Jawaban yang di inginkan
Kalimat tanya untuk menggali informasi umumnya digunakan
pada saat wawancara atau dalam dialog yang membahas tentang suatu
hal. Pertanyaan diajukan kepada narasumber yang diharapkan dapat
memberikan informasi atau penjelasan yang lebih dalam sesuai dengan
yang ditanyakan.
2. Kalimat Tanya Retorik
Kalimat tanya retorik ialah kalimat tanya yang tidak memerlukan
jawaban atau tidak mengharuskan adanya jawaban. Kalimat tanya retorik
cenderung bersifat pernyataan hanya untuk mencari perhatian atau
bermaksud memberi semangat, gugahan, atau kritik. Kalimat tanya retorik
sering digunakan dalam pidato-pidato atau orasi.
Contoh kalimat tanya retorik:
1. Saya tidak habis pikir mengapa dia menolak penugasan itu.
2. Siapa yang bekerja keras, dialah yang akan menjadi orang sukses.
3. Mana mungkin kita mampu membalas jasa kedua orang tua kita.
4. Apakah kita harus kembali dijajah?
5. Bagaimana bisa tugasmu selesai, kerjaanmu hanya bermalas-malasan.
96 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
Ciri-ciri pertanyaan retorik:
(1) berbentuk pertanyaan dan penegasan,
(2) terkadang menggunakan kata tanya,
(3) tidak memerlukan jawaban,
(4) orang yang bertanya dan yang ditanya sama-sama mengetahui
jawabannya,
3. Kalimat Tanya untuk Konfirmasi dan Klarifikasi
Untuk melakukan klarifikasi (penjernihan) maupun konfirmasi
(pembenaran/penegasan), kita perlu mengajukan pertanyaan yang
jawabannya cukup perkataan ya atau tidak, atau ya atau bukan. Ada
beberapa
hal yang menandai bentuk pertanyaan untuk konfirmasi atau
klarifikasi, yaitu seperti berikut.
1. Menggunakan informasi tanya dengan menekankan kata-kata yang
dipentingkan.
Contoh:
1. Dia yang memukulmu kemarin?
2. Kalau begitu, Bapak yang berada di belakang ini semua?
2. Menggunakan partikel –kah.
Contoh:
1. Inikah yang dinamakan cinta?
2. Anak itukah yang dicari polisi?
3. Menggunakan kata tanya apa atau apakah.
Contoh:
1. Apa Bapak bersedia hadir pada acara peresmian kantor baru?
2. Apakah Anda masih sekolah?
4. Menggunakan kata tidak atau bukan sebagai unsur penegas.
Contoh:
1. Kamu jadi berangkat ke Bandung atau tidak?
2. Minuman ini beralkohol atau bukan?
5. Sebagai penegasan benar tidaknya, menggunakan kata bantu: benar,
betul, jadi benar, dan jadi.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 97
Contoh:
1. Jadi dia yang mendapat rangking satu?
2. Betul kamu yang mengambil uangnya?
3. Jadi benar ayahnya seorang pembunuh bayaran?
4. Benar dia adik kandungmu?
4. Kalimat Tanya Tersamar
Kalimat tanya tersamar adalah kalimat yang berisi pertanyaan yang
diajukan secara tidak langsung bukan untuk menggali informasi, klarifikasi,
dan konfirmasi melainkan mengandung maksud-maksud lain.
Beberapa model kalimat tanya tersamar antara lain seperti berikut.
a. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan memohon
Contoh:
1. Terima kasih Anda tidak membuang sampah di sini.
2. Tidak keberatan, kan kamu membawa koper ini?
3. Sudikah Anda mampir ke rumahku?
b. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan meminta
Contoh:
1. Masakan Anda kelihatannya lezat sekali?
2. Dapatkah Anda membantu saya hari ini.
3. Bolehkah makanan ini saya cicipi?
c. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyeluruh
Contoh:
1. Saya sangat senang jika Anda yang mengerjakan proyek ini.
2. Sebaiknya kamu jangan berangkat sekarang.
3. Maukah adik membantu saya menyelesaikan tugas ini?
d. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan mengajak
Contoh:
1. Bukankah Bapak bersedia untuk menyumbangkan tenaga dan
pikiran dalam kegiatan amal ini?
2. Siapkah Anda berangkat sekarang?
3. Bisakah membuat kopi untuk kakek?
e. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan merayu
Contoh:
1. Kamu orang yang sangat handal dalam mengatasi berbagai
masalah.
2. Tentunya Anda yang pantas menduduki jabatan ini.
3. Siapa yang menolak berteman dengan orang sebaik kamu?
98 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
f. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyindir (mengkritik, mencela,
mengejek)
Contoh:
Memang ya pekerjaannya luar biasa sulit sehingga kamu bisa
menyelesaikannya dengan cepat. Pekerjaan semudah ini tidak bisa
diselesaikan dengan benar.
g. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan meyakinkan
Contoh:
1. Saya rasa kamu mampu mengerjakannya hari ini?
2. Haruskah aku bersumpah agar kamu percaya?
3. Inikah hasil usahamu.
h. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyetujui
Contoh :
1. Saya kira kita sama-sama sependapat bukan?
2. Mana mungkin saya menolak ajakanmu?
3. Anda setuju dengan usulnya, kan?
i. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyanggah
Contoh:
1. Apakah tidak lebih baik kita tanyakan dulu masalah yang
sebenarnya?
2. Kamu ke sini tidak takut dimarahi ayahmu?
3. Mengapa kamu datang lagi ke sini?
j. Kalimat tanya tersamar untuk menawarkan sesuatu
Contoh:
1. Boleh saya bantu?
2. Anda membutuhkan bantuan saya?
3. Masih adakah yang perlu saya bawakan?
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 99
C. Mengutarakan Pendapat dengan Kalimat Tanya
yang Santun
Dalam melakukan tanya jawab, kita perlu memperhatikan adab
bertanya karena hal ini berhubungan dengan si penanya dan pihak yang
ditanya. Adab bertanya yang baik menjadi faktor utama sebagai penentu
respons pihak yang ditanya.
Teknik atau cara mengajukan pertanyaan adalah seperti berikut.
(1) Pertanyaan yang diajukan harus relevan dengan topik yang akan
ditanyakan.
(2) Pertanyaan yang diajukan benar-benar mengesankan keingintahuan
terhadap sesuatu yang menjadi topik pertanyaan.
(3) Pilihlah kata-kata yang baik dan santun agar mendapat respons yang
baik dan mendapatkan jawaban yang memuaskan.
(4) Hindari pertanyaan yang bersifat subjektif/pribadi.
(5) Pertanyaan yang diajukan harus bersifat menggali informasi sebelum
berlanjut ke pertanyaan yang bersifat konfirmasi atau penegasan.
(6) Jika pertanyaan menuntut sebuah tanggapan atau penilaian dari
narasumber, ada baiknya jika pertanyaan diawali dengan kata ”menurut
pendapat ...”. Misalnya, ”Menurut pendapat Bapak, bagaimana peranan
pemuda dalam memberantas penyalahgunaan narkoba?”
(7) Pertanyaan tidak bersifat memaksa, menekan, atau cenderung bertujuan
mencari kesalahan narasumber.
Contoh:
Berikut ini contoh sebuah wawancara reporter Berita Kota dengan
penyanyi dangdut legendaris A. Rafiq seputar keluarga dan rumah
tangganya.
Wartawan : “Bagaimana Bang Rafiq membina keluarga dan berhasil
awet hingga sekarang?”
A. Rafiq : “Pertama begini, saya punya satu prinsip dalam mengurus
dan memelihara rumah tangga, semua itu konsepnya
lain.”
100 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
Wartawan : “Jadi, bagaimana dulu waktu memilih istri?”
A. Rafiq : “Istri saya itu tipe orang yang tidak pernah ke sana
kemari, nggak pernah macam-macam. Istri saya orang
rumahan, orang pendidikan yang betul-betul dididik oleh
keluarga yang baik yang menurut saya cukup terhormat
dan dengan landasan agama. Saya menikah dengan jalur
agamis.”
Wartawan : “Maksudnya?”
A. Rafiq : “Sampai saat ini saya dekenal orang. Bahkan katanya,
sampai hari ini untuk penyanyi skill on the scope, belum
ada yang bisa ngalahin saya. Itu kata orang. Toh orang
tidak akan percaya kalau lihat penampilan saya bahwa
saya nggak mabuk, bahwa saya nggak doyan perempuan.
Orang nggak percaya bahwa sampai hari ini saya nggak
penah kenal setetes minuman. Kenapa? Karena faktor
agama. Nah itu saya bawa dalam kehidupan saya.”
Wartawan : “Anak-anak bagaimana?” “Apakah mereka juga mengikuti
keteladanan yang Anda buat?”
A. Rafiq : “Alhamdulillah, wasyukurillah, kita nggak boleh takabur,
ya. Anak-anak saya itu yang namanya persoalan mendekati
narkoba, satu pun nggak ada. Merokok pun jika mungkin
terjadi dilakukan secara sembunyi-sembunyi di belakang
saya.”
Wartawan : “Hal apalagi yang Anda tekankan dalam mendidik
anak?”
A. Rafiq : “Masalah shalat dan mengaji. Soal kualitas dan perkembangannya
itu masing-masing, tetapi saya tekankan.
Anak saya itu nggak ada satu pun yang berani ninggalin
shalat. Anak saya, jangankan ninggalin, terlambat saja
saya pukul langsung.”
Wartawan : “Keras sekali Anda mendidik anak?”
A. Rafiq : “Ooh saya keras soal shalat. Tapi soal yang lain saya
dudukin. Saya ngomong, jangan gitu, jangan gini, lalu
memberi nasihat-nasihat. Tapi kalau soal shalat, lagsung
saya pukul. Langsung itu. Saya nggak ada ampun kalau
soal shalat.”
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 101
Wartawan : “Efeknya bagaimana ke anak-anak?”
A. Rafiq : Ooh luar biasa. Di mana saja mereka mesti shalat. dampaknya
pun luar biasa kalau mau berpegang pada agama,
nomor satu shalat. Boleh dibuktiin.
(Sumber: Berita Kota Minggu, 27 April 2008)
Drama
Bapak
Karya: B. Selano
Bapak : “Dia putra sulungku. Si anak hilang telah kembali ulang.
Dan sebuah usul diajukan segera mengungsi ke daerah
penduduk yang serta aman tenteram. Hem ya.. ya, usulnya
dapat kumengerti. Karena ia sudah terbiasa bertahuntahun
hidup di sana. Dalam sangkar. Jauh dari debu
prahara. Bertahun-tahun mata hatinya digelapbutakan
oleh nina bobok, lelabuai oleh si penjajah. Bertahun-tahun
semangatnya dijinakkan oleh suap roti keju. Celaka. Oo,
betapa celakanya.”
Si bungsu senyum memandang.
Bungsu : “Ah, Bapak rupanya lagi ngomong seorang diri.”
Bapak : “Ya, Anakku, terkadang orang lebih suka ngomong sendiri.
Tapi bukankah tadi engkau bersama abangmu?”
Bungsu : “Ya, sehari kami tamasya mengitari seluruh penjuru kota.
Sayang sekali kami tidak berhasil menjumpai ma.....”
Bapak : “Tunanganmu?”
Bungsu : “Ah, dia selalu sibuk dengan urusan kemiliteran melulu.
Bahkan, ketika kami mendatangi asramanya, ia tidak ada.
Kata mereka, ia sedang rapat dinas. He heh, seolah seluruh
hidupnya tersita untuk urusan-urusan militer saja.”
Bapak : “Kita sedang dalam keadaan darurat perang, Nak. Dan
dalam keadaan ini bagi seorang prajurit, kepentingan negara
ada di atas segalanya. Bukan saja seluruh waktunya, bahkan
jiwa raganya. Tapi, eh, mana abangmu sekarang?”
102 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
Bungsu : “Oo, rupanya dia begitu rindu kepada bumi kelahirannya.
Seluruh penjuru kota dipotreti semua. Tapi, kurasa abang
akan segera tiba dan sudahkah Bapak menjawab usul yang
diajukannya itu?”
Bapak : “Itulah, itulah yang hendak kuputuskan sekarang ini,
Nak.”
Bungsu : “Nah, itu dia!”
Si sulung datang dengan mencangklong pesawat potret mengenakan
kata mata hitam. Terus duduk melepas kaca mata dan
meletakkan pesawat potret di meja.”
Sulung : “Huhuh, kota tercintaku ini rupanya sudah berubah wajah
dipenuhi baju seragam menyandang senapan. Dipagari
lingkaran kawat berduri dan wajahnya kini menjadi garang
berhiaskan laras-laras mesin. Tapi, di atas segalanya, kota
tercintaku ini masih tetap memperlihatkan kejelitaannya.”
Bapak : “Begitulah, Nak, suasana kota yang sedang dikecam
keadaan darurat perang.”
Sulung : “Ya, pertanda akan hilang keamanan, berganti huru-hara
keonaran. Dan mumpung masih keburu waktu, bagaimana
dengan putusan Bapak atas usulku itu?”
Bapak : “Menyesal sekali, Nak...”
Sulung : “Bapak menjawab dengan penolakan, bukan?”
Bapak : “Ya.”
Bungsu : “Jawaban Bapak sangat bijaksana.”
Sulung : “Bijaksana? Ya, kaubenar, manisku. Setidak-tidaknya
demikianlah anggapanmu karena bukankah secara
kebetulan tunanganmu adalah seorang perwira TNI di sini.
Tapi maaf, bukan maksudku menyindirmu, adik sayang.”
Bungsu : “Ah, tidak mengapa. Kauhanya sedang keletihan. Mengasohlah
dulu, ya, Abang. Mengasolah, kaubegitu capek
tampaknya. Bapak, biar aku pergi belanja dulu untuk
hidangan makan siang nanti.”
Sibungsu pergi. Si sulung mengantar dengan senyum.
Bapak : “Nak, pertimbangan bukanlah karena masa depan adikmu
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 103
seorang. Juga bukan karena masa depan sisa usiaku.”
Sulung : “Hem. Lalu? Karena rumah dan tanah pusaka ini barangkali,
ya Bapak.
Bapak : “Sesungguhnyalah, Nak. Lebih dari itu.”
Sulung : “Oo, ya? Apa itu ya, Bapak?”
Bapak : “Kemerdekaan.”
Sulung : “Kemerdekaan? Kemerdekaan siapa?”
Bapak : “Bangsa dan bumi pusaka ini.”
Si Sulung tertawa.
Sulung : “Bapak yang baik. Bertahun sudah aku di daerah pendudukan
sana bersama beribu bangsa awak tercinta. Dan
aku seperti juga mereka, tidak pernah merasa menjadi
budak belian ataupun tawanan perang. Ketahuilah, Bapak,
di sana hidup merdeka.”
Bapak : “Bebaskah kamu menuntut kemerdekaan?”
Sulung : “Hoho, apa mesti dituntut. Kami di sana manusia-manusia
merdeka.”
Bapak : “Bagaimana kemerdekaan menurut kau, Nak?”
Sulung : “Hem. Di sana kami punya wali negara, bangsa awak. Di
sana, segala lapangan kerja terbuka lebar-lebar bagi bangsa
awak. Di sana, bagian terbesar tentara polisi, alat negara
bangsa awak. Di atas segalanya, kami di sana hidup dalam
damai. Rukun berdampingan antara si putih dan bangsa
awak...”
Bapak : “Dan di atas segalanya pula, di sana si Putih menjadi
dipertuan. Dan sebuah bendera asing jadi lambang
kedaulatan, lambang kuasa, penjajahan. Dapatkah itu kauartikan
suatu kemerdekaan?”
Sulung : “Baik, baik. Tapi ya, Pak, kita bukan politisi.”
Bapak : “Nak, setiap patriot pada hakikatnya adalah seorang politisi
juga. Kendati tidak harus berarti menjadi seorang diplomat,
seorang negarawan. Dan justru, karena kesadaran dan
pengertian politiknya itulah seorang patriot akan senantiasa
membangkang terhadap tiap politik penjajahan.
104 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
Betapapun
manis bentuk lahirnya. Renungkanlah itu,
Nak. Dan marilah kuambil contoh masa lalu. Bukankah
dulu semasa kita masih hidup, keluarga dalam suasana
aman tenteram dan masa pensiun yang enak, sudah
dengan sendirinya berarti hidup dalam kemerdekaan?
Tidak Anakku! Kemerdekaan tidak ditentukan oleh semua
itu. Kemerdekaan adalah soal harga diri kebangsaan, soal
kehormatan kebangsaan. Ia ditentukan oleh kenyataan,
apakah suatu bangsa menjadi yang dipertuan mutlak
atas bumi pusakanya sendiri atau tidak. Ya, anakku,
renungkanlah kebenaran ucapan ini. Renungkanlah ......”
RANGKUMAN
A. Pengertian dan Fungsi Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang disampaikan dengan maksud
mendapat jawaban berupa informasi, penjelasan, atau pernyataan.
Kalimat tanya berfungsi untuk meminta jawaban berupa penjelasan,
untuk menggali informasi, untuk klarifikasi, atau konfirmasi. Kalimat tanya
juga digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu yang disebut dengan kalimat
tanya tersamar.
B. Macam-Macam Kalimat Tanya
Dilihat dari pemakaian secara lisan maupun tulisan, kalimat tanya
dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
(1) Kalimat tanya biasa
(2) Kalimat tanya retorik
(3) Kalimat tanya untuk konfirmasi dan klarifikasi
(4) Kalimat tanya tersamar
C. Mengutarakan Pendapat dengan Kalimat Tanya yang Santun
Dalam melakukan tanya jawab, kita perlu memperhatikan adab
bertanya karena hal ini berhubungan dengan si penanya dan pihak yang
ditanya. Adab bertanya yang baik menjadi faktor utama sebagai penentu
respons pihak yang ditanya. Untuk itu, kita perlu mengetahui teknikBahasa
Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 105
teknik mengajukan pertanyaan agar tujuan kita tercapai.
TUGAS KELOMPOK
1. Bacalah wacana dialog di awal bab bersama teman sebangku Anda
dengan penghayatan. Satu orang sebagai pewawancara, satunya lagi
sebagai narasumber. Ucapkanlah secara lisan kalimat tanya dengan
intonasi yang tepat. Lakukanlah secara bergantian!
2. Analisislah bersama teman Anda, pemakaian kalimat tanya yang
terdapat pada naskah drama di atas. Klasifikasikanlah berdasarkan
macamnya!
3. Buatlah dialog singkat dengan menggunakan beberapa kalimat
tanya!
4. Jelaskanlah kalimat tanya yang Anda gunakan dalam dialog
tersebut!
UJI KOMPETENSI
I. Pilihlah jawaban yang paling tepat dari pernyataan di bawah ini!
1. Yang bukan unsur pembentuk kalimat tanya/ciri kalimat tanya
adalah
a. Partikel -kah
b. intonasi tanya
c. tanda tanya
d. kata tanya
e. partikel -lah
2. Kata tanya yang tepat untuk menanyakan terjadinya suatu peristiwa
adalah
a. apa d. bilamana
b. siapa e. mengapa
c. bagaimana
106 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
3. Ayah Amirudin akhirnya mencarikan jodoh anaknya seorang gadis
dari marga Siregar.
Pertanyaan yang sesuai dengan kalimat tersebut adalah
a. Ayah Amirudin mencarikan jodoh anaknya?
b. Apakah anaknya dijodohkan oleh ayahnya?
c. Mengapa ayahnya menjodohkan anaknya?
d. Siapakah yang mencarikan jodoh anaknya?
e. Anaknya dicarikan oleh ayahnya jodoh?
4. Kalimat tanya yang hanya memerlukan jawaban singkat berupa ya,
tidak, bukan, belum disebut kalimat tanya
a. konfirmasi
b. retorik
c. tersamar
d. memerintah
e. menggali informasi
5. Kata tanya yang tidak baku pemakaiannya dalam kalimat adalah
a. ke mana d. kenapa
b. siapa e. kapan
c. apa
6. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyuruh
a. Maukah adik membantu saya menyelesaikan tugas ini?
b. Masakan Anda kelihatannya lezat sekali?
c. Sudikah Anda mampir ke rumahku?
d. Saya sangat senang jika Anda menjalankan proyek ini.
e. Dapatkah Anda membantu saya hari ini?
7. Kalimat tanya yang berisi pertanyaan diajukan secara tidak langsung
bukan untuk menggali informasi, klarifikasi, dan konfirmasi disebut
kalimat tanya
a. retorik
b. konfirmasi
c. tersemar
d. berita
e. klarifikasi
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 107
8. Kalimat tersamar untuk tujuan meyakinkan adalah
a. Saya rasa kamu mampu menjalankannya hari ini.
b. Boleh saya bantu?
c. Anda setuju, kan dengan usulnya?
d. Apakah Anda masih sekolah?
e. Saya tidak habis pikir mengapa ia menolak penugasan itu.
9. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyanggah
a. Bukankah naskah ini harus diketik?
b. Benarkah makanan ini saya cicipi?
c. Bukankah kita tidak punya dana sebesar itu?
d. Inikah hasil usahamu?
e. Mana mungkin saya menolak ajakanmu.
10. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyindir adalah …..
a. Haruskah aku bersumpah agar kamu percaya?
b. Pekerjaan semudah ini tidak bisa kamu selesaikan dengan benar?
c. Kamu orang yang sangat handal dalam mengatasi berbagai
masalah.
d. Jadi dia yang mendapat rangking satu?
e. Anak itu dicari polisi?
11. Kalimat tanya yang menggunakan intonasi dengan menekankan katakata
yang berkepentingan adalah
a. Berapakah usiamu sekarang?
b. Betul kamu yang mengambil uangnya?
c. Dia yang memukul kemarin?
d. Masih adakah yang perlu saya bawakan?
e. Apakah Bapak bersedia hadir pada acara itu?
12. Kalimat tanya tersemar untuk tujuan merayu adalah
a. Terima kasih Anda tidak membuang sampah di sini.
b. Siapkah Anda berangkat sekarang?
c. Siapa yang menolak berteman dengan orang sebaik Anda?
d. Anda membutuhkan bantuan saya?
e. Mana mungkin saya menolak ajakanmu.
108 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
13. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyetujui
a. Inikah hasil usahamu?
b. Benar ia adik kandung saya?
c. Siapa yang bekerja keras dialah yang akan sukses.
d. Anak itulah yang dicari polisi.
e. Tentunya Anda yang pantas menduduki jabatan itu.
14. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan meminta
a. Sudikah Anda mampir ke rumahku?
b. Siapkah Anda berangkat sekarang?
c. Minuman itu pahit apa tidak?
d. Boleh, kan makanan ini saya cicipi?
e. Anda membutuhkan bantuan saya!
15. Kalimat tanya retorik sering digunakan pada situasi
a. wawancara
b. dialog
c. pidato
d. diskusi
e. percakapan
16. Di bawah ini merupakan kalimat tanya yang santun, kecuali
a. Apakah Bapak bersedia menjadi pembicara dalam diskusi besok?
b. Bersediakah Bapak menjadi pembicara dalam diskusi besok?
c. Berkenankah Bapak menjadi pembicara dalam diskusi besok?
d. Mau tidak Bapak menjadi pembicara dalam diskusi besok?
e. Tentunya Bapak bersedia untuk menjadi pembicara dalam diskusi
besok, bukan?
17. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan mengajak
a. Maukah adik membantu saya menyelesaikan tugas ini?
b. Siapkah Anda berangkat sekarang?
c. Tidak keberatan, kan membawakan koper ini?
d. Bolehkah saya istirahat sebentar di sini?
e. Terima kasih Anda tidak merokok di ruangan ini.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 109
18. Kalimat tanya tidak baku di bawah ini adalah
a. Bukankah dia yang membawa bukumu?
b. Apakah kamu sudah mengirimkan surat untuk Nenek di kampung?
c. Kapan kamu bisa main ke rumahku?
d. Mana surat yang harus saya tanda tangani?
e. Bagaimana kalau kamu yang melanjutkan tugas itu?
19. Kalimat tanya yang bertujuan untuk menawarkan sesuatu
a. Masih adakah yang perlu saya bawakan?
b. Paman setuju atau tidak ia kuliah di Bandung?
c. Jadi benar ayahnya seorang pembunuh bayaran?
d. Kamu jadi membeli baju atau membeli sepatu?
e. Sebaiknya Anda berangkat sekarang.
20. Kalimat tanya yang bertujuan untuk menggali informasi
a. Benarkah barang ini milik Bapak?
b. Maukah kamu mampir ke rumah ku?
c. Sudikah kiranya Bapak membantu kami?
d. Untuk apa kita hidup bila harus terus menderita?
e. Bagaimana cara Bapak membangun usaha ini?
II. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Carilah kalimat pertanyaan yang bersifat retoris dari cerita drama di
atas!
2. Temukan kalimat tanya yang bersifat konfirmasi dari cerita drama di
atas!
3. Setelah kamu membaca percakapan dalam naskah drama, jelaskan
topik pembicaraan dalam naskah drama tersebut!
4. Adakah sikap-sikap yang menyimpang dari ketentuan dalam
menerapkan pola gilir dalam berkomunikasi dalam dialog drama
tersebut?
5. Buatlah kalimat tanya tersamar dengan tujuan mengajak, menyuruh,
meminta, masing-masing satu kalimat!
110 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
6. Jelaskan teknik atau cara mengajukan pertanyaan yang baik!
7. Ubahlah pernyataan di bawah ini menjadi pertanyaan yang memerlukan
jawaban ya atau tidak dan ya atau bukan.
a. Pamannya seorang montir.
b. Bapaknya mempunyai sawah yang luas.
c. Kepala sekolah sedang mengikuti seminar.
d. Kenalannya manajer koperasi.
e. Kegiatan ekstrakurikuler sekolahku menarik.
8. Sebutkan hal-hal yang menandai kalimat konfirmasi dan klarifikasi!
9. Buatlah dua contoh kalimat tanya yang bersifat klarifikasi!
10. Sebutkan empat cara untuk mengubah pernyataan menjadi pertanyaan
yang memerlukan jawaban ya atau tidak atau ya atau bukan!
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 111
Standar
Kompetensi
- Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat
madya
Kompetensi
Dasar
- Membuat parafrasa lisan dalam konteks bekerja
Indikator - Memparafrasakan informasi secara lisan dari hal yang
telah dibaca dengan menggunakan bahasa sendiri
- Memparafrasakan informasi secara lisan dari hal yang
sudah didengar dengan menggunakan bahasa sendiri
Materi kalimat parafrasa telah kita pelajari di kelas X. Pada bab ini akan
dipelajri kembali materi tentang membuat parafrasa secara lisan dari sumber
yang dibaca maupun yang didengar. Tujuan pembelajaran ini agar kita makin
memahami dan terlatih membuat parafrasa, khususnya parafrasa lisan.


BAB 6
MEMBUAT PARAFRASA LISAN DALAM
KONTEKS BEKERJA


Wacana
Pemijahan Ikan Mas Koki Ala Tulungagung
Masih Menekankan Kuantitas daripada Kualitas
Siapa pun orangnya pasti sudah tidak asing lagi dengan jenis ikan
ini. Mas Koki adalah salah satu ikan hias paling populer sejak dulu. Selain
perawatannya mudah, ikan ini juga lebih mudah untuk dipijahkan, asalkan
proses pemijahannya benar. Salah satu sentra budi daya ikan hias adalah
Kota Tulungagung. Dari kota marmer ini, ribuan mas koki bahkan diekspor
ke luar negeri.
Tahap pertama yang paling penting dalam proses pemijahan ikan mas
koki adalah pemilihan induk. Jika kita ingin menghasilkan anakan mas
koki yang baik, kualitas induk harus benar-benar diperhatikan. Pertamatama,
kita harus bisa membedakan mana ikan jantan dan mana ikan betina.
Menurut Sayuti, salah satu peternak ikan mas koki dari Tulungagung, untuk
mengetahui ciri-ciri jantan atau betina, cukup melihat sirip bawah bagian
depan. Jika mas koki jantan, sirip tersebut akan bertekstur kasar, panjang,
bagian tepinya ada gerigi kecil-kecil, dan bentuk tubuhnya langsing. Jika
betina, sirip tersebut akan bertekstur halus, pendek, dan bagian tepinya rata
serta memiliki bentuk tubuh yang lebih besar daripada mas koki jantan.
Induk yang baik hendaknya dipilihkan dari ikan mas koki yang berumur
minimal 6 bulan ( kira-kira sebesar kepalan tangan orang dewasa ) dan
maksimal 10 bulan karena pada umur itu telur maupun sperma dari induk
dianggap sudah matang dan ikan ini mulai menunjukkan birahinya.
Selain hal tersebut di atas, indukan berkualitas harus memenuhi
berbagai kriteria lainnya lagi, seperti sisik harus gena, gerak harus lincah,
sirip yang sempurna (tidak robek atau kusut), bebas dari penyakit, dan yang
paling penting, ikan tersebut harus dipilih yang benar-benar siap kawin.
Ciri ikan mas koki betina siap kawin biasanya akan terlihat pada usia sekitar
6 bulan. Perut mas koki betina akan membesar dan terkesan lunak jika
disentuh. Selain itu, biasanya ikan mas koki betina yang siap kawin akan
selalu berenang di tepi kolam mencari tempat untuk meletakkan telurnya.
Jika ikan mas koki betina sudah menunjukkan ciri-ciri tersebut, segeralah
carikan induk jantan yang berkualitas untuk dikawinkan.
Setelah ditentukan induk yang baik, langkah selanjutnya adalah
menyiapkan tempat untuk mengawinkan. Tempat yang ideal untuk
mengawinkan ikan mas koki adalah bak air atau kolam berukuran 1 x 4 meter
persegi dan diisi air sedalam 30 cm. Kemudian, kolam diberi ganggang air
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 113
untuk tempat maskoki menempelkan telur, atau kalau tidak ada ganggang
air, bisa disiasati dengan memberi kain kasa atau kelambu. Setelah semua
persyaratan tersebut terpenuhi, calon induk bisa segera ditempatkan dalam
kolam pengawinan tersebut. Dalam waktu kurang dari 24 jam atau setelah
tampak telur yang menempel pada gagang/kain kasa, indukan mas koki
bisa dipindahkan ke kolam lainnya.
Agar tetasan yang dihasilkan baik, pakan untuk induk saat pengawinan
juga harus diperhatikan. “ Supaya anakan yang dihasilkan bisa berkualitas
baik, induk harus diberi pakan jentik-jentik nyamuk. Kalau tidak ada, bisa
digantikan dengan cacing darah. Tapi sangat disarankan pemberian pakan
jentik-jentik nyamuk,” jelas Sayuti.
Hasil anakan yang baik bisa diketahui dari telurnya. Menurut Sayuti,
telur ikan mas koki yang baik berwarna putih kecokelatan dan berbentuk
butiran kecil-kecil.
Telur ikan mas koki menetas dalam jangka waktu kurang lebih 3 hari.
Pada saat itu diusahakan agar kolam tidak terkena sinar matahari langsung.
Caranya kolam ditutupi bagian atasnya karena anakan ikan mas koki sangat
rentan terhadap perubahan suhu yang drastis. Anakan yang berumur 2
hari sebaiknya diberi makanan kutu air sampai berumur 9 hari. Setelah itu,
anakan bisa diberikan pakan berupa cacing darah yang kecil-kecil. Setelah
berumur 12 hari, anakan ikan mas koki sudah bisa dipasarkan.
Pemasaran ikan mas koki tidaklah sesulit yang dibayangkan karena
pada dasarnya penggemar jenis ikan ini masih cukup banyak. Menurut
Sayuti, anakan ikan mas koki sebesar batang korek api dengan panjang 1 cm
(umur kurang dari 2 minggu) bisa laku sampai Rp 40,00-/Rp 50,00- per ekor,
sedangkan satu pasang induk yang baik rata-rata bisa menetaskan sampai
5.000 ekor sekali tetas.
Setelah 18-20 hari berikutnya, induk sudah bisa dikawinkan lagi,
sampai berumur 10 bulan. Jika dihitung-hitung, sepasang induk mas koki
selama waktu produktif 4 bulan (antara 6 bulan sampai 10 bulan) bisa
menghasilkan 30.000 ekor anakan. Dapat dihitung berapa keuntungan yang
diperoleh dari budi daya ikan ini.
Menurut Hariyanto atau dikenal Ari, penghobi mas koki di Jakarta,
sayangnya petani Tulungagung masih kurang memerhatikan kualitas ikan
yang dihasilkannya. “Mereka masih menekankan kuantitas, dan tidak
memerhatikan penanganan saat panen. Akibatnya, koki dari Tulungagung
kualitas dan harga jualnya tidak bisa tinggi. Dan penghobi-penghobi di
114 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
Jakarta masih menyukai koki impor. Padahal harga koki impor jauh lebih
mahal dibandingkan koki lokal.”
(Sumber : Majalah Ikan+Mancing, Januari 2003)
A. Pengertian Parafrasa
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, parafrasa adalah seperti
berikut.
(1) Pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam
bahasa menjadi macam yang lain tanpa mengubah pengertiannya.
(2) Penguraian kembali sebuah teks (karangan) dalam bentuk (susunan
kata-kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna
yang tersembunyi.
Parafrasa mengandung arti pengungkapan kembali suatu tuturan atau
karangan menjadi bentuk lain namun tidak mengubah pengertian awal.
Parafrasa tampil dalam bentuk lain dari bentuk aslinya, misalnya sebuah
wacana asli menjadi wacana yang lebih ringkas, bentuk puisi ke prosa,
drama ke prosa, dan sebaliknya. Parafrasa cenderung diuraikan dengan
menggunakan bahasa si pembuat parafrasa bukan diambil dari kalimat
sumber aslinya apalagi membuat parafrasa secara lisan.
Memparafrasakan suatu tuturan atau karangan secara lisan bisa
dilakukan setelah mendengar tuturan lisan atau setelah membaca suatu
naskah tulisan. Hal itu lazim dilakukan oleh orang yang sudah terbiasa
membuat parafrasa. Untuk mereka yang baru dalam taraf belajar, langkah
membuat parafrasa ialah dengan cara meringkasnya terlebih dahulu.
Namun, harus diingat parafrasa disusun dengan bahasa sendiri, bukan
dengan bahasa asli penulis.
B. Cara Membuat Parafrasa
Berikut adalah hal yang perlu dilakukan untuk membuat parafrasa
dari sebuah bacaan.
(1) Bacalah naskah yang akan diparafrasakan sampai selesai untuk
memperoleh gambaran umum isi bacaan/tulisan.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 115
(2) Bacalah naskah sekali lagi dengan memberi tanda pada bagian-bagian
penting dan kata-kata kunci yang terdapat pada bacaan.
(3) Catatlah kalimat inti dan kata-kata kunci secara berurut.
(4) Kembangkan kalimat inti dan kata-kata kunci menjadi gagasan pokok
yang sesuai dengan topik bacaan.
(5) Uraikan kembali gagasan pokok menjadi paragraf yang singkat dengan
bahasa sendiri.
Agar lebih jelas perhatikanlah contoh di bawah ini.
Wacana asli
Masalah-masalah yang dihadapi di bidang pendidikan pada saat akan
dimulainya pelaksanaan Repelita I adalah sangat berat dan mendesak.
Di bidang kurikulum terasa sekali kebutuhan akan pembaharuan agar
sistem pendidikan dapat memenuhi tuntutan pembangunan dan
kemajuan. Di samping itu, terdapat ketidakseimbangan baik di antara
berbagai tingkat pendidikan vertikal maupun di antara berbagai jenis
pendidikan. Jumlah anak yang tidak tertampung di sekolah jauh lebih
besar daripada jumlah anak yang bersekolah. Demikian pula jumlah
anak yang putus sekolah (drop out) adalah jauh lebih besar daripada
mereka yang berhasil menyelesaikan suatu tahap pendidikan.
Sementara itu, tenaga-tenaga yang bekerja di bidang pendidikan
baik teknis maupun administratif sangat kurang jumlahnya. Di
samping itu, mutu keahlian tenaga-tenaga tersebut perlu ditingkatkan.
Prasarana pendidikan seperti gedung dan ruang sekolah sangat tidak
mencukupi. Buku-buku sangat sedikit jumlahnya. Kecuali itu, sedikit
sekali sekolah-sekolah yang mempunyai perpustakaan, alat-alat peraga
ataupun laboratorium dan tempat praktik.
Akhirnya, organisasi dan pengelolaan pendidikan dan kebudayaan
di pusat maupun di daerah belum mencerminkan kerja sama yang serasi.
Demikian
pula belum ada sistem informasi pendidikan untuk keperluan
perencanaan
yang terarah.
Wacana di atas dapat diparafrasakan sebagai berikut.
Banyak masalah berat yang dihadapi pada awal Repelita I:
masalah kurikulum, ketidak-seimbangan tingkat dan jenis pendidikan;
penampungan murid dan masalah putus sekolah; kekurangan tenaga
pendidikan, kurangnya mutu keahlian dan fasilitas; kurangnya kerja
sama dan tiada sistem informasi.
116 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
Membuat parafrasa lisan berarti uraian tertulis yang telah dibaca atau
yang telah didengar, diungkapkan kembali secara lisan dengan kalimat
sendiri dengan menerapkan teknik membuat parafrasa sama seperti di
atas.
Teknik membuat parafrasa lisan adalah seperti berikut.
(1) Membaca informasi secara cermat.
(2) Memahami isi informasi secara umum.
(3) Menulis inti atau pokok informasi dengan kalimat sendiri.
(4) Mencatat kalimat pokok atau inti secara urut.
(5) Mengembangkan kalimat inti atau kata-kata kunci menjadi pokokpokok
pikiran yang sesuai dengan tema/topik informasi sumber.
(6) Menyampaikan atau menguraikan secara lisan pokok pikiran tersebut
dengan menggunakan kata atau kalimat sendiri.
(7) Jika kesulitan menguraikannya, hal di bawah ini dapat membantu:
(a) Gunakan kata-kata yang bersinonim dengan kata aslinya.
(b) Gunakan ungkapan yang sepadan jika terdapat ungkapan untuk
membedakan dengan uraian aslinya.
(c) Ubahlah kalimat langsung menjadi tidak langsung atau kalimat
aktif menjadi pasif.
(d) Jika berbentuk narasi, bisa menggunakan kata ganti orang ketiga.
C. Memparafrasakan Puisi Menjadi Prosa
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang bentuknya tidak sama
dengan prosa atau karangan biasa. Puisi terbagi ke dalam larik-larik
atau bait. Pada puisi banyak terdapat kata-kata yang bermakna kias atau
konotasi. Oleh karena itu, isi atau tema puisi biasanya tersirat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memparafrasakan puisi menjadi
prosa ialah seperti berikut.
(1) Bacalah atau dengarkan pembacaan puisi dengan seksama.
(2) Pahami isi kandungan puisi secara utuh.
(3) Jelaskan kata-kata kias atau ungkapan yang terdapat dalam puisi.
(4) Uraikan kembali isi puisi secara tertulis dalam bentuk prosa dengan
menggunakan kalimat sendiri.
(5) Sampaikan secara lisan atau dibacakan.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 117
Contoh parafrasa puisi
Menyesal
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
Ah... apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju ke arah padang Bakti
Puisi Baru, Ali Hasyimi
Setelah kita mendengarkan pembacaan puisi tersebut, dapat kita
parafrasa sebagai berikut.
Puisi “menyesal”, karya Ali Hasymi mengisahkan seseorang yang
menyesali masa mudanya tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Ia
lalai dan lengah. Kini di hari tuanya, ia merasa miskin ilmu, miskin harta
(tidak berilmu dan tidak mempunyai harta apa-apa). Ia merasa tidak ada
guna menyesali diri. Akan tetapi, ia tidak berhenti dalam sesalnya. Ia
bangkit dan mengajak generasi muda: atur barisan di hari pagi, menuju ke
arah padang bakti.
118 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
D. Memparafrasakan Naskah Drama Menjadi Prosa
atau Cerita
Naskah drama juga termasuk karya sastra memiliki ciri khas tersendiri.
Naskah drama terdiri atas uraian cerita dan dialog, namun lebih banyak
unsur dialognya. Dalam naskah drama, tokoh ditulis berjajar di sebelah
kiri diikuti dengan percakapan tokoh tersebut. Sesekali terdapat penjelasan
mengenai gerakan, perilaku, pikiran, atau perasaan si tokoh yang ditulis
di dalam kurung. Memparafrasa naskah drama sama dengan puisi, yaitu
kita harus membacanya untuk memahami jalan ceritanya secara utuh.
Jika dalam puisi banyak terdapat simbol, pada naskah drama, kita harus
memperhatikan unsur berikut.
(1) Pahami setting atau latar cerita.
(2) Pahami dialog dan ambil simpulannya secara menyeluruh.
(3) Pahami penjelasan tentang tokoh yang ada di dalam kurung.
Setelah mendapatkan kesan secara umum jalan cerita dalam naskah
drama, uraikan kembali cerita drama ke bentuk prosa singkat dengan
menggunakan bahasa sendiri.
Bacalah naskah drama berikut!
Kudri sedang asyik memukul-mukul meja dengan irama dangdut. Yadi menarinari
di depan kelas. Rurin dan Mini duduk di bangku deretan paling depan. Mereka
berdua sedang belajar.
Rurin : (kesal) “Hentikan!”
Kurdi : (belagak bodoh) “Ha...?” (terus memukul-mukul meja guru lagi)
Rurin : (bangkit lalu menarik lengan Yadi seraya membentak) “Keluar
kau!”
Yadi : (keluar sebentar dan ketika mendengar Kurdi menabui meja lagi,
lalu masuk ke kelas dan menari-nari lagi) “Enak juga menari-nari
begini, ya Kur!”
Kurdi : “Asyi iiiiiik!”
Rurin : (membentak lagi sambil menutup kedua telinganya) “Hei....
berhenti!”
Kurdi : “Aaa ... pa! ” (makin keras menabuh meja). “Ayo kita ganti irama
jaipongan.”
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 119
Yadi : “Oke, oke !” (mulai menari lagi)
Kurdi : “Asy... asy...”
Yadi : “Asy i i i i i i i k!”
Mini : (agak terkejut) “Ooo..., rupanya kalian memang sudah
bersekongkol, ya?”
Kurdi : “Lho, kok ikut marah?”
Mini : “Kalian memang suka mengganggu!”
Kurdi : “Mengganggu?”
Mini : “Jangan tabuh meja itu! Kalau mau menari-nari dan tabuhtabuhan
sana di depan toko atau di pasar!”
Kurdi : “Hei, berlagak jago ya !” (menunjuk keluar). “Kalau mereka
boleh ribut, kenapa kami tidak boleh?”
Mini : “Sudahlah, Rin! Biarkan saja! Nanti kalau sudah bosan akan
diam sendiri!”
Rurin : “Berhenti atau tidak?” (mengancam)
Yadi : “Teruskan, Kur! Kita kan sedang istirahat.”
Kurdi : (berhenti menabuh meja, lalu berkacak pinggang menantang Rurin)
“mau apa?”
Rurin : “Jangan pukul begitu”.
Yadi : (memberi semangat) “Ayo, pukul saja, Kur!”
Rurin : “Heh, beraninya sama anak perempuan! Tak tau malu!”
Mini : “Sudahlah, tak usah ribut! Kita ini teman sekelas, bukan?”
Yadi : “Bagus Kur! Ayoh lawan saja”.
Mini : (setelah menatap Yadi, lalu kepada Kurdi) “Mereka bermain di
luar kelas tau”
Kurdi : “Ayo, kita mulai, Yad!” (menabuh meja lagi).
Rurin : (tidak sabar lagi. Bangkit mengambil penggaris, lalu mengancam)
“Kalian mau keluar atau tidak!”
Mini juga bangkit membantu Rurin, Kurdi didorong-dorong keluar. Sebuah
pukulan mengenai punggung Kurdi. Lalu, terjadi perebutan penggaris. Yadi
bersorak-sorak sambil bertepuk tangan. Suasana di kelas makin riuh.
120 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
Parafrasanya adalah
Kurdi sedang asyik menabuh-nabuh meja dengan irama dangdut,
sedangkan Yadi sedang menari-nari di depan kelas. Rurin dan Mini duduk
di bangku deretan depan. Mereka berdua sedang belajar. Rurin dengan
kesal berkata, “Hentikan!” Namun dengan berlagak bodoh, Kurdi berkata,
“Ha?” sambil terus memukul mukul meja guru lagi. Rurin kesal dan bangkit
lalu menarik lengan Yadi seraya membentak dan berkata, ”Keluar!”
Kemudian, Yadi keluar sebentar dan ketika mendengar Kurdi menabuhi
meja lagi, sambil berkata kepada Kurdi, “Enak juga menari-nari begini,
ya Kur!” Kurdi membalas dengan berkata, “Asyiiik.” Dengn kesal, Rurin
membentak lagi sambil menutup kedua tangannya sambil berteriak, “Hei...
berhenti!” Kurdi membalas dengan berkata “Aa...pa!” dan menabuh meja
makin keras dan kembali menabuh meja lagi sambil mengajak Yadi, “Ayo,
kita ganti irama Jaipongan,” dan terus mengajar Yadi menari, lalu Yadi
menjawab, “Oke-oke!” Sambil mulai menari lagi. Kurdi berkata, “asy.. asy..”
Yadi membalas, “Asyiiik!” Mini datang, agak terkejut dan berkata kepada
Kurdi dan Yadi, “Oo.. rupanya kalian sudah bersekongkol, ya?” Kurdi
membalas Mini dengan berkata, “Lho kok ikut marah?” ”Kalian memang
suka mengganggu?” Dengan suara keras, Mini melarang Kurdi, “Jangan
tabuh meja itu!” “Kalau mau menari-nari sana di depan toko atau di pasar!”
sambil menunjuk ke luar, Kurdi berkata, “Hei, berlagak jago ya?” “Kalau
mereka boleh ribut, kenapa kami tidak boleh?” Mini menjawab sambil
menghampiri Rurin, “Sudahlah, Ri! Biarkan saja! Kalau sudah bosen, akan
diam sendiri.” Namun, Rurin dengan nada mengancam berkata, “Berhenti
atau tidak?” Yadi malah menyuruh Kurdi untuk terus menabuh meja,
dengan berkata, “Teruskan, Kur! Kitakan sedang istirahat.”
Kurdi akhirnya berhenti menabuh meja sambil berkacak pinggang
menantang Rurin dan berkata, “Mau apa?” Rurin menjawab, “Jangan pukul
begitu.” Yadi memberi semangat kepada Kurdi dengan berkata, “Ayo, pukul
saja, Kur!” Rurin menjawab, “Heh! Beraninya sama anak perempuan! Tak
tau malu.” Mini melerai, “Sudahlah tak usah ribut. Kita ini teman sekelas,
bukan?” Yadi menjawab, “Bagus Kur, ayo lawan saja!”. Mini menatap
Yadi dan Kurdi bergantian seraya berkata, “Mereka bermain di luar kelas,
tahu!” Kurdi mengajak Yadi menabuh meja lagi. Rurin tidak sabar lagi
melihat kelakuan Kurdi dan Yadi. Ia bangkit mengambil penggaris, lalu
mengancam, “Kalian mau keluar atau tidak?” Mini bangkit membantu
Rurin dengan mendorong-dorong Kurdi keluar, sebuah pukulan mengenai
punggung Kurdi, mereka saling berebutan penggaris. Yadi bersorak-sorak
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 121
sambil bertepuk tangan menambah riuh suasana kelas.
Uraian parafrasa naskah drama dapat berbentuk tidak langsung, yaitu
dengan mengubah dialog atau percakapan para tokoh menjadi kalimat
tidak langsung. Ungkapkan kembali cerita drama dengan bahasa sendiri.
E. Pola Penyajian Informasi Lisan
Beberapa pola penyajian atau penyampaian informasi secara lisan
adalah seperti berikut.
1. Pola Contoh
Parafrasa dengan pola contoh dikembangkan memerinci atau
memberikan ilustrasi untuk menjelaskan ide pokoknya.
Contoh:
Pohon pisang merupakan pohon yang banyak fungsinya. Selain
buahnya, daun dan batangnya dapat dimanfaatkan. Daun pisang dapat
digunakan untuk membungkus, sedangkan batangnya dimanfaatkan
untuk membuat perhiasan dalam pernikahan.
2. Pola Proses
Parafrasa diuraikan dalam bentuk proses, dengan memerinci cara kerja,
langkah-langkah atau tahapan pelaksanaan. Parafrasa dengan pola ini
berbentuk uraian ekspositoris.
Contoh:
Berikut ini adalah proses pembuatan lumpia.
Pertama, tumis bawang bombai dan bawang putih sampai harum.
Kedua, masukkan daun bawang dan ayam cincang, masak selama
kurang lebih tiga menit. Ketiga, masukkan jagung manis, jamur
kancing, bayam, lada, gula pasir, dan bumbu penyedap secukupnya.
Keempat, aduk sampai rata jagung dan bumbu-bumbu tersebut sampai
layu. Terakhir, masukkan larutan maizena sedikit demi sedikit sambil
diaduk-aduk kurang lebih lima menit dan sisihkan.
3. Pola Sebab Akibat
Parafrasa dengan pola ini diawali dengan mengemukakan atau
menggambarkan hal-hal yang menunjukkan sebab dan akhiri dengan
suatu akibat.
122 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
Contoh:
Mencuci dengan sabun deterjen dapat memudarkan warna tekstil
atau bahan pakaian. Memudarnya warna pakaian terlihat seperti
lusuh dan usang. Pakaian lusuh tidak layak untuk dipakai. Akibatnya,
banyak orang tidak menggunakan lagi sabun deterjen untuk mencuci
pakaian.
4. Pola Urutan/Kronologis
Parafrasa pola ini pemaparannya diuraikan berdasarkan urutan waktu
dan rangkaian kejadiannya. Parafrasa pada pola urutan/kronologis
bersifat narasi.
Contoh:
Saya mendengar suara kentongan, sepertinya itu pedagang bakmi
lewat. Saya pergi keluar dan membuka pintu pagar, lalu memanggilnya.
Ia berhenti. Pedagang itu seorang laki-laki. Dia bertanya, “Mau pesan
berapa porsi?” Saya jawab “Satu porsi saja.” Kemudian, laki-laki itu
menyiapkan bakmi sesuai pesanan saya. Setelah bakmi selesai dibuat,
saya memberikan uang lima ribu rupiah untuk membayar bakmi
kepada pedagang keliling itu, kemudian saya masuk ke rumah, dan
pedagang berlalu dari depan rumah saya.
RANGKUMAN
A. Pengertian Parafrasa
Parafrasa adalah pengungkapan kembali satu tuturan bahasa ke
bentuk bahasa lain tanpa mengubah pengertian. Pengungkapan kembali
tersebut bermaksud menjelaskan makna yang tersembunyi.
B. Cara Membuat Parafrasa
Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam membuat parafrasa
dari sebuah bacaan. Untuk membuat parafrasa lisan, langkah-langkahnya
adalah membaca informasi secara cermat, mencatat kalimat inti,
mengembangkan kalimat inti menjadi pokok pikiran, menyampaikan
pokok pikiran dalam bentuk uraian lisan dengan kalimat sendiri.
Gunakan sinonim, ungkapan yang sepadan, mengubah kalimat langsung
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 123
menjadi kalimat tidak langsung, mengubah kalimat aktif menjadi kalimat
tidak aktif, serta menggunakan kata ganti orang ketiga untuk narasi jika
kesulitan menguraikan.
C. Memparafrasakan Puisi Menjadi Prosa
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memparafrasakan puisi
menjadi prosa, ialah :
1. Bacalah atau dengarkan pembacaan puisi dengan seksama.
2. Pahami isi kandungan puisi secara utuh.
3. Jelaskan kata-kata kias atau ungkapan yang terdapat dalam puisi.
4. Uraikan kembali isi puisi secara tertulis dalam bentuk prosa dengan
menggunakan kalimat sendiri.
5. Sampaikan secara lisan atau dibacakan.
D. Memparafrasakan Naskah Drama Menjadi Prosa atau Cerita
Jika dalam puisi banyak terdapat simbol, pada naskah drama kita
harus memperhatikan unsur berikut :
1. Pahami setting atau latar cerita.
2. Pahami dialog dan ambil simpulannya secara menyeluruh.
3. Pahami penjelasan tentang tokoh yang ada di dalam kurung.
E. Pola Penyajian Informasi Lisan
Penyajian atau penyampaian informasi secara lisan dapat
menggunakan pola contoh, pola proses, pola sebab akibat, dan pola
urutan/kronologis.
TUGAS MANDIRI :
Agar lebih memahami dan terlatih membuat parafrasa, kerjakanlah
tugas berikut:
1. Bacalah bacaan di awal bab ini dengan cermat!
2. Buatlah parafrasanya sesuai dengan langkah-langkah membuat
parafrasa.
3. Ungkapkan secara lisan parafrasa tersebut.
124 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
TUGAS KELOMPOK
1. Mintalah salah seorang siswa membacakan wacana yang terdapat
pada awal bab ini.
2. Dengarkan dengan saksama!
3. Buatlah parafrasa bacaan yang didengarkan tersebut, lalu sampaikan
secara lisan. Mintalah teman mengomentarinya.
Lakukan secara bergantian!
UJI KOMPETENSI
I. Pilihlah jawaban yang paling tepat dari pernyataan di bawah ini!
1. Kalimat yang menggunakan kata bermakna konotasi ialah
a. Surat itu dimasukkan ke dalam bus surat.
b. Pelayan toko itu kebanyakan masih gadis.
c. Rombongan kesenian itu sudah datang sejak tadi malam.
d. Ia benar-benar sudah tidak waras lagi.
e. Buku itu jatuh dari meja tulis karena disentuh Anti.
2. Pengungkapan kembali suatu tuntunan atau karangan menjadi bentuk
lain yang dilakukan bukan oleh penulisnya diistilahkan dengan
a. ikhtisar
b. rangkuman
c. parafrasa
d. ringkasan
e. gubahan
3. Usai mendengarkan siaran, silakan menyampaikan respons-respons
bermakna
a. masukan
b. himbauan
e. umpan balik
d. pengkajian
e. tanggapan
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 125
4. Parafrasa puisi yaitu
a. perubahan puisi menjadi prosa
b. perubahan prosa menjadi drama
c. perubahan teks menjadi ikhtisar
d. perubahan teks menjadi cerpen
e. perubahan teks menjadi puisi
5. Sebuah cerpen mengandung amanat tertentu.
Sinonim kata amanat adalah
a. kesan
b. topik
c. pesan
d. ide tokoh
e. sudut pandang
6. Teks drama biasanya menggunakan bentuk kalimat
a. langsung
b. tak langsung
c. berita
d. perintah
e. pasif
7. Kita menghendaki pemerintah yang stabil dan berwibawa.
Kata stabil pada kalimat di atas dapat diganti dengan kata
a. kokoh
b. tangguh
c. tidak goyah
d. tetap
e. mantap
8. Di bawah ini adalah cara membuat parafrasa tulis, kecuali
a. Bacalah naskah yang akan diparafrasa sampai selesai.
b. Baca naskah asli sekali lagi dengan memberi tanda pada bagianbagian
penting.
c. Ringkaslah naskah dengan cara memadatkan sub-bab menjadi
paragraf, paragraf menjadi kalimat, dan kalimat menjadi kata.
d. Parafrasakan naskah sesuai dengan bahasa aslinya.
e. Parafrasakan naskah dengan memadatkan ringkasan yang dibuat
dengan bahasa sendiri.
126 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
9. Penumpang pesawat terbang akan sangat diuntungkan jika kereta
tersebut berhenti di dekat bandara.
Kemungkinan parafrasa yang muncul adalah
a. Jika kereta berhenti di dekat bandara, penumpang pesawat tidak
nyaman.
b. Jika kereta api dapat berhenti di dekat bandara, penumpang
pesawat sangat diuntungkan.
c. Baik penumpang pesawat maupun kereta api sama-sama untung.
d. Penumpang pesawat terbang akan sangat tidak diuntungkan. Jika
kereta tersebut berhenti dekat bandara.
e. Dibangunnya stasiun dekat bandara akan menguntungkan
penumpang kereta api.
10. Sebagai bangsa yang berjiwa besar, kita menghindarkan segala kolusi.
Makna kata kolusi adalah
a. pandangan gelap
b. kongsi dagang ilegal
c. kerja sama yang saling menguntungkan
d. kerja sama yang tersembunyi untuk maksud yang tidak terpuji
e. menyelewengkan anggaran pembangunan
11. Pola perjanjian parafrasa yang penerapannya diuraikan berdasarkan
urutan waktu dan kejadiannya disebut
a. perbandingan
b. proses
c. kronologis
d. sebab akibat
e akibat sebab
12. Rumah itu dijual di bawah tangan.
Makna ungkapan di bawah tangan adalah
a. dijual di muka umum
b. dijual dengan angsuran
c. dijual dengan harga murah
d. dijual tanpa perantara
e. dijual dengan perjanjian yang ditandatangani kedua belah pihak
13. Pola perjanjian yang mendahulukan fakta-fakta sebagai suatu sebab
kemudian diikuti akibat-akibat dikenal dengan pola
a. akibat sebab
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 127
b. sebab akibat
c. contoh
d. proses
e. kronologis
14. Mulanya hewan ini lahir berwarna merah. Beberapa hari kemudian
tubuh kecil sebesar sepertiga jari kelingking itu mulai merona warna
kulit aman. Bulu-bulu halus menghiasi tubuhnya. Setelah seminggu
makin jelas bulu hitam di tubuhnya. Pada usia dua minggu sempurnalah
tubuhnya dengan sepasang matanya yang hitam mulai terbuka. Hewan
ini disebut hamster.
Wacana di atas dihadirkan dengan pola
a. proses
b. sebab akibat
c. contoh
d. kronologis
e. akibat sebab
15. Pola penyajian parafrasa yang menekankan urian pada langkahlangkah
kerja disebut
a. contoh
b. sebab akibat
d. proses
d. kronologis
e. analogi
16. Parafrasa dengan pola mengembangkan rincian atau ilustrasi untuk
menjelaskan ide pokoknya disebut pola
a. contoh
b. proses
c. sebab akibat
d. urutan
e. perbandingan
17. Kepandaian merupakan talenta yang sebaiknya didukung oleh fasilitas
yang memadai.
Makna kata talenta dan fasilitas adalah
a. bakat sarana
b. kebiasaan, jaminan
c. sifat perlengkapan
128 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
d. kekayaan, penunjang
e. pembawaan, kepandaian
18. Penggunaan idiom dalam kalimat di bawah ini benar, kecuali
a. Ia jatuh hati pada dara jelita anak Pak Lurah.
b. Tabiatnya yang kurang baik sudah mendarah daging.
c. Kami berusaha menyelesaikan persoalan itu dengan kepala
dingin.
d. Ia lepas tangan dalam persoalan itu.
e. Kabar burung itu belum tentu kebenarannya.
19. Parafrasa yang disampaikan secara lisan dapat menggunakan pola
penyajian di bawah ini, kecuali
a. sebab akibat d. proses
b. kronologis e. perbandingan
c. contoh
20. Di bawah ini adalah cara meringkas naskah bila membuat parafrasa
tulis, kecuali
a. padatkan subbab menjadi paragraf
b. hilangkan bagian-bagian yang tidak penting
c. padatkan paragraf menjadi kalimat
d. padatkan kalimat menjadi kata-kata
e. satukan bagian penting dan yang tidak penting
II. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan pengertian parafrasa!
2. Jelaskan cara membuat parafrasa!
3. Jelaskan cara membuat parafrasa lisan!
4. Hal apa saja yang dapat diparafrasa!
5. Carilah sebuah puisi, kemudian buatlah parafrasa puisi tersebut!
6. Temukan dialog berupa drama, kemudian buatlah parafrasa dari dialog
drama tersebut!
7. Carilah sebuah wacana, kemudian parafrasa wacana tersebut!
8. Jelaskan cara meringkas naskah bila membuat parafrasa tulis!
9. Jelaskan pendapatmu mengapa bila membuat parafrasa tulis, naskah
yang akan diparafrasa harus dibaca sampai selesai!
10. Hal apa sajakah yang dapat digunakan untuk membantu memudahkan
parafrasa sebuah wacana?
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 129
Standar
Kompetensi
- Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat
madya
Kompetensi
Dasar
- Menerapkan pola gilir dalam berkomunikasi
Indikator - Berkomunikasi dengan menggunakan kata, bentuk
kata, dan ungkapan dengan santun
- Memanfaatkan pola gilir dalam berkomunikasi secara
efektif
Ada banyak hal yang perlu dipahami oleh seseorang dalam berkomunikasi.
Selain cakap memilih kata dan menyusun kalimat yang baik, dalam
berkomunikasi, seseorang juga harus mempertimbangkan penggunaan
bahasa secara santun. Di samping itu, ia juga harus memahami pola gilir
dan dapat menerapkannya jika ingin komunikasi berjalan lancar. Pada bab
ini, kita akan mempelajari berkomunikasi yang baik dengan bahasa yang
santun serta memahami pola gilir dalam berkomunikasi dan penerapannya.
Akhir pelajaran diharapkan kita sudah dapat memahami pola gilir dalam
berkomunikasi dan dapat menerapkannya saat berkomunikasi.


BAB 7
MENERAPKAN POLA GILIR DALAM
BERKOMUNIKASI


Wacana
Gebyar Busana Daerah
Sesuai Pakem
Padu padan lintas kepulauan. Tema besar inilah yang diusung Himpunan
Ratna Busana (HRB) ketika mengadakan pergelaran busana di Jakarta.
Tema tersebut menyimpan makna tersendiri. Para perancang seperti Carmanita,
Chossy Latu, Denny Wirawan, Ghea Panggabean, Oscar Lawalata,
Reshna Sapto, Samuel Wattimewa, Susi Lucon diminta menghadirkan kreasi
pada sejumlah busana tradisional seperti busana Aceh, baju kurung, baju
bodo, kebaya panjang, dan kebaya tradisional Jawa.
Namun, ada pakem yang tak boleh dilanggar. Pakem-pakem itu di
antaranya adalah para perancang harus mempertahankan siluet yang sama
dengan aslinya. Selain itu, perancang pun tidak boleh mengadopsi detail
rancangan yang berasal dari luar Indonesia.
“Seperti detail lengan, tidak boleh meniru model kimono dari Jepang,”
ujar Ratna Maida Ning, penasehat HRB.
Perubahan sedikit boleh dilakukan oleh para perancang, tukas Ratna,
tetapi tidak boleh menggantikan siluet baju itu sendiri. Misalnya, perubahan
bentuk lengan yang tidak meninggalkan kaidah berbusana sesuai asalnya
tetap diperbolehkan.
Hasilnya? “Ini benar-benar hasil desain saya yang keluar dari desain
populer yang sedang digemari saat ini,” papar Chossy Latu.
Namun, Chossy mengatakan bahwa busana yang ditampilkan dengan
jalan memadu padankan kekayaan busana Indonesia ini bisa menjadi
alternatif bagi siapa pun yang ingin tampil dengan busana daerah.
Untuk memenuhi paket tersebut, Chossy melakukan alternatif modifikasi
busana pada warna. Pada salah satu rancangannya, Chossy padu
padan baju bodo dengan selendang padang.
Ketika menyelaraskan, Chossy tidak hanya mempertimbangkan warna.
Siluet baju bodo yang aslinya sangat longgar, ia buat lebih ramping. Hal ini,
ungkap dia, agar busana yang terpadu padan bisa selaras dan enak dilihat
dan juga dikenakan oleh pemakainya.
Berbagai modifikasi bentuk lengan serta tambahan detail payet juga
dilakukan oleh para perancang. Selain modifikasi baju bodo yang tampil
ramping, ada pula yang membuat dengan model jahitan bawah yang lebih
bervolume.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 131
Berbagai kain asli Indonesia turut tampil seperti kain tenun Bali,
tenun Sulawesi Selatan, kain tenun Lampung, batik Palembang, dan tenun
ikat Ende Flores hadir dalam padu padan ini. Tak ketinggalan kain batik
rancangan dari Keraton Solo tampil dalam pergelaran ini di antaranya motif
parang karya KPH Sawonggaling, koleksi batik antik HRB.
Padu padan tersebut juga diperindah balutan selendang dari beberapa
pulau yang ada di Indonesia, seperti selendang berbahan kain songket tiga
negeri dari Palembang, selendang jepri yang biasa digunakan masyarakat
Jambi, Palembang, dan Padang, serta selendang lokcan yang juga berasal
dari Pulau Sumatra.
Uniknya, konsep padu padan ini juga berlaku pada paduan busana dua
potong plus selendang yang berasal dari tiga pulau yang berbeda. Meski
belum pernah dipopulerkan sebelumnya dan masih terasa asing, HRB
berharap pergelaran ini bisa memperkenalkan budaya dan melestarikan
tanpa harus jauh meninggalkan pakem.
(Sumber : Republika, 10 Juni 2007)
A. Menggunakan Kata, Bentukan kata, serta Kalimat
yang Santun dalam Berkomunikasi
Dalam berkomunikasi yang baik seseorang dituntut untuk
mempertimbangkan situasi berbicara. Pertimbangan ini memunculkan
bentuk ragam berbahasa. Situasi resmi tentu berbeda dengan situasi tidak
resmi. Pembicaraan pada situasi resmi cenderung menggunakan kata,
bentukan kata, serta ungkapan yang baku. Berbeda dengan ragam tidak
resmi yang digunakan saat santai, saat bergaul, dan dalam suasana akrab
(konsultatif) tidaklah harus menggunakan bentukan kata dan susunan
kalimat yang baku.
Perhatikan contoh berikut!
1. Terima kasih saya ucapkan atas kehadiran Bapak dan Ibu sekalian di
tempat ini dalam rangka memenuhi undangan kami
2. Makasih, ya, atas kedatangan kamu semua pada perayaan hari ulang
tahunku!
3. Thanks berat, ye! Akhirnya, lu pada dateng juga ke sini tuk menuhin
undangan gue.
132 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
Kalimat nomor satu sangat berbeda dengan nomor dua dan tiga, baik
pada tataran pilihan kata, bentukan kata maupun susunan gramatikal
kalimatnya. Kalimat nomor satu digunakan dalam situasi resmi, sedangkan
kalimat
kedua dan ketiga dalam bentuk situasi umum atau akrab.
Pada situasi santai atau akrab, seseorang lebih bebas memilih kata dan
bentukannya daripada saat situasi resmi atau formal. Berkomunikasi dalam
kondisi dan situasi apa pun, yang terpenting adalah bisa menciptakan
komunikasi yang efektif dan lancar.
Untuk mencapai komunikasi yang efektif proses penyampaian dan etika
berbahasa yang santun tetap harus diperhatikan. Kata-kata kasar sebaiknya
dihindari. Selain kurang pantas, kata-kata kasar juga menyinggung perasaan
orang lain.
Di samping itu, dalam situasi komunikasi yang terdiri atas dua atau
lebih orang, sikap saling menghargai dan menerapkan pola gilir dengan
memberikan kesempatan berbicara akan menciptakan kelancaran serta
suasana yang lebih nyaman.
B. Memahami Pola Gilir dalam Berkomunikasi
Pemahaman terhadap pola gilir sangat penting dalam keberhasilan
berkomunikasi. Komunikasi harus berjalan dua arah (ada yang mendengarkan
dan ada yang berbicara). Dengan adanya pola gilir diharapkan
komunikasi akan seimbang dan berjalan lancar karena adanya proses
pergantian bicara sesuai topik pembicaraan atau sesuai keperluan.
Beberapa sikap yang harus dimiliki ketika menerapkan pola gilir dalam
berkomunikasi antara lain seperti berikut
1. Menghargai mitra bicara.
Dalam kegiatan berkomunikasi, kita tidak boleh meremehkan lawan
bicara, bagaimanapun keadaan lawan bicara tetap kita hormati dan
hargai.
2. Peka terhadap kesempatan
Dalam kegiatan berkomunikasi secara lisan, sering terjadi dominasi
satu pihak saat bicara terhadap pihak lain. Kita harus sadar dan
mengetahui kapan saatnya kita bicara dan kapan saatnya kita diam
untuk mendengarkan sehingga proses komunikasi berlangsung lancar
dan nyaman.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 133
3. Sadar akan relevansi pembicaraan.
Komunikasi berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan jika
pembicaraan sesuai dengan permasalahan sehingga tercipta komunikasi
yang efektif dan lancar.
4. Memilih kata yang tepat
Memilih dan menggunakan kata bentukan kata dan ungkapan yang
santun sesuai dengan situasi komunikasi, demi kelangsungan dan
kenyamanan komunikasi. Berkomunikasi dalam kondisi dan situasi
apa pun tetap memperhatikan etika berbahasa yang santun hindari
kata-kata kasar, kurang pantas yang dapat menyinggung perasaan
pihak yang diajak bicara.
C. Penerapan Pola Gilir dalam Berbagai Situasi
Menerapkan pola gilir komunikasi dapat terjadi pada situasi-situasi
berikut.
(1) Suasana kehidupan sehari-hari, seperti di rumah tangga, di sekolah, di
pasar, di kantor , di arisan, dan sanggar.
(2) Diskusi kelompok, seperti di sekolah dan di kampus, kegiatan pramuka,
dan di dunia kerja.
(3) Film atau sinetron
(4) Naskah drama dan pementasan drama
Berikut beberapa contoh penerapan pola gilir dalam berkomunikasi.
1. Penerapan Pola Gilir dalam Diskusi
Diskusi adalah bentuk kegiatan berbicara dalam rangka membahas
sesuatu masalah secara teratur dan terarah. Diskusi bertujuan mencari jalan
keluar, pemecahan masalah, membuat keputusan, atau simpulan. Untuk
dapat memahami pola gilir berkomunikasi dalam satu diskusi, kita harus
memahami lebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan diskusi. Hal-hal
yang berkaitan dengan kegiatan diskusi, antara lain sebagai berikut.
a. Unsur-Unsur Diskusi
Unsur-unsur yang terlibat dalam diskusi, adalah sebgai berikut.
(1) Pemimpin/Moderator, bertugas merencanakan dan memper134
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
siapkan dengan teliti topik diskusi, membuka diskusi, mengatur
jalannya diskusi, serta menutup diskusi.
(2) Sekretaris, bertugas mencatat jalannya diskusi, masalah-masalah
yang dilakukan peserta, saran maupun jawaban penyaji dari awal
sampai akhir.
(3) Penyaji/pemakalah/pemrasaran, bertugas menyampaikan pembahasan
dengan sistematis, mudah dipahami, tidak menyinggung
peserta, terbuka, dan bersikap objektif dalam meninjau suatu
persoalan.
(4) Peserta diskusi, bertugas menanggapi, memberi masukan, dan
lain-lain.
b. Jenis-jenis diskusi
Berdasarkan ruang lingkupnya, diskusi dibedakan seperti berikut.
(1) Diskusi kelompok, adalah jenis diskusi yang biasa dilakukan di
dalam kelas untuk membahas suatu masalah.
(2) Diskusi panel, adalah diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang
(yang disebut panel) yang membahas suatu topik yang menjadi
perhatian umum di hadapan khalayak/pendengar,penonton.
Khalayak diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan
pendapat.
(3) Seminar, adalah pertemuan untuk membahas suatu masalah di
bawah pimpinan ahli (misalnya guru besar atau pakar)
(4) Simposium, adalah pertemuan dengan beberapa pembicara yang
mengemukakan pidato singkat tentang topik tertentu atau tentang
beberapa aspek dari topik yang sama.
(5) Kongres, adalah pertemuan wakil organisasi untuk mendiskusikan
dan mengambil keputuan mengenai pelbagai masalah.
(6) Konferensi adalah rapat atau pertemuan untuk berunding atau
bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
(7) Lokakarya adalah pertemuan antara para ahli atau pakar untuk
membahas masalah praktis atau yang bersangkutan dengan
pelaksanaan di bidang keahliannya.
(8) Sarasehan adalah pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan
pendapat para ahli mengenai suatu masalah dalam bidang
tertentu.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 135
c. Teknik dan Tahapan dalam diskusi
Teknik diskusi berkaitan dengan bentuk dan jenis diskusi. Untuk
tatanan sekolah, bentuk diskusi cukup bersifat umum dan sederhana.
Susunan tempat duduk dalam diskusi dapat dilihat pada skema berikut.
X
- 85 -
f. Konferensi adalah rapat atau pertemuan untuk berunding dan bertukar pendapat atau
pertemuan untuk berunding mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
g. Lokakarya adalah pertemuan antara para ahli atau pakar untuk menghasilkan atau
memutuskan suatu modul, pendapat atau karya bersama.
h. Sarasehan adalah pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat para
ahli mengenai suatu masalah dalam bidang tertentu.
3). Teknik dan Tahapan dalam diskusi
Teknik diskusi berkaitan dengan bentuk dan jenis diskusi. Untuk tatanan sekolah
bentuk diskusi cukup bersifat umum dan sederhana. Susunan tempat duduk dalam diskusi
dapat dilihat pada skema tersebut:
Keterangan gambar
X 􀃆 Pimpinan Diskusi
S 􀃆 Peserta Diskusi
􀃆 Pendengar
MEJA
MEJA MEJA
X
X
X
S S S S S
S
S
S
S S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S S S
S
S
S
S S S S S
X
Keterangan gambar
X → Pimpinan Diskusi
S → Peserta Diskusi
Ada dua tahap dalam pelaksanaan diskusi, yaitu tahap persiapan dan
tahap pelaksanaan atau penampilan.
1) Tahapan Persiapan
a. Tahap persiapan dilaksanakan dengan tujuan memperoleh
kesepakatan mengenai hal yang akan dibicarakan.
b. Membagikan tugas kepada para calon pembicara atau penyaji jika
pembicara lebih dari satu.
2) Tahap Pelaksanaan
Ada empat tahap yang harus dilalui dalam pelaksanaan diskusi.
a) Pembukaan
Pimpinan diskusi mengemukakan pokok masalah yang akan
disampaikan dan memperkenalkan calon pembicara.
Contoh ucapan moderator:
1. Dalam diskusi kali ini, kita akan membicarakan ....
2. Marilah kita buka diskusi ini dengan membaca/berdoa ....
3. Saya perkenalkan pembicara dalam diskusi ini ialah Saudara
... notulis Saudara ....
b) Pelaksanaan diskusi
Pemimpin diskusi mempersilakan para pembicara menyampaikan
pandangannya. Selanjutnya sanggahan atau dukungan dari
pembicara disampaikan sesuai dengan aturan yang telah disepakati.
136 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
Contoh ucapan moderator:
1. Saya persilahkan Sdr ... menyajikan makalahnya.
Contoh Ucapan penyaji :
1. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan moderator
kepada saya untuk ....
c) Acara tanya jawab
Pemimpin diskusi mempersilakan para pendengar/peserta mengajukan
pertanyaan kepada pembicara dipandu oleh pemimpin
diskusi, pembicara/penyaji.
Contoh ucapan moderator:
1. Saya beri kesempatan 3 orang peserta mengajukan pertanyaan,
pendapat atau tanggapannya.
2. Penanya pertama silakan ....
3. Penyaji silahkan memberikan jawaban atau tanggapan balik
(peserta yang mengacungkan jari lebih dahulu yang diberikan
kesempatan pertama dan bergilir selanjutnya)
Contoh ucapan peserta :
1. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan moderator.
Pertanyaan saya yaitu ....
2. Tadi saudara pembicara menjelaskan ... menurut pendapat
saya ....
3. Saya mohon kepada pembicara pertama untuk menjelaskan
....
4. ... demikian usulan dari saya.
Contoh ucapan penyaji:
1. Terima kasih atas pertanyaan Saudara ... dan jawaban saya
sebagai berikut .....
2. Terima kasih atas tanggapan Saudara ..... tentang ....
d) Penutup
Pembacaan simpulan pembahasan diskusi yang telah berlangsung
oleh pemimpin diskusi.
2. Penerapan Pola Gilir dalam Pementasan Drama
Naskah drama dipersiapkan sebelum drama diperankan atau
dipentaskan. Naskah drama adalah cerita yang ditulis dalam bentuk dialog
disertai gerak-gerik dan tingkah laku para tokoh dalam drama.
Dalam sebuah drama, kedudukan pelaku sangat penting. Untuk
mementaskan sebuah drama, seorang pemain harus memahami isi
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 137
drama termasuk proses dialog. Dalam dialog, telah diatur penggiliran
pembicaraan diantara para tokoh. Setiap tokoh telah diatur kapan saat
menjawab, menanggapi, merespons tokoh lainnya. Meskipun unsur spontan
(improvisasi) ada dalam dialog drama, namun tokoh yang berimprovisasi
tetap harus memerhatikan dengan cermat saat melakukan improvisasi
dialog agar tidak bertabrakan dengan perkataan tokoh lain.
Beberapa hal yang harus diperhatikan jika memerankan tokoh dalam
drama adalah seperti berikut.
a. Teknik Berdialog
Agar penonton menangkap jalan cerita drama, para pelaku harus
menyampaikan dialog dengan jelas, ucapan harus wajar, tidak
dibuat-buat.
b. Mimik
Mimik merupakan perubahan raut muka, misalnya tersenyum karena
senang, mengerutkan dahi ketika sedang berpikir, atau menegang saat
marah.
c. Intonasi
Intonasi ialah lagu atau irama dalam mengucapkan kalimat. Ada
tekanan keras atau lembut dalam ucapan, tempo, dan tekanan nada
menaik atau menurun.
Contoh naskah drama:
TANGIS
Pentas : Menggambarkan sebuah taman atau halaman.
01. Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak didengar,
dengan komposisi yang sedap dipandang.
02. Hana : (muncul dan tertegun, mendekati kedua temannya)
”Ada apa ini? Fani, Gina, mengapa menangis?
Mengapa? Katankanlah, siapa tahu aku dapat membantu.
Ayolah Fani, apa yang terjadi? Ayolah Gina, hentikan sebentar
tangismu!
03. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara
memilukan.
04. Hana : ”Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan
138 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
kepada kedua temanku ini? Dan apa yang harus kulakukan
bila aku tidak tahu sama sekali persoalannya semacam ini?
Fani, Gina, sudahlah! Kita memang wanita sejati, tanpa ada
seorang pun yang berani meragukan, dan oleh karena itu
pula, kita juga berhak istimewa untuk menangis. Namun
apa pun persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang
sahabat kebingungan semacam ini, sementara kalian berdua
menikmati indahnya tangisan dengan enaknya. Ayolah,
hentikan tangisan kalian. Kalau tidak, ini akan kuanggap
sebagai penghinaan yang tidak termaafkan, dan sekaligus
akan mengancam kelangsungan persahabatan kita!”
05. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka
menghentikan tangis, saling bertatapan, lalu Gina memberikan selembar
kertas kepada Hana. Keduanya meneruskan tangisan mereka.
06. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat,
geleng-geleng kepala, kemudian ikut menangis pula.
07. Inu : (muncul tergopoh-gopoh)” Ada apa? Ada apa ini, mereka
menganggu lagi? Gila! Mereka memang terlalu! Sudahlah,
aku yang akan menghadapinya! (mencari batu untuk senjata)
Tenanglah kalian. Kita mengakui bahwa kita memang
makhluk lemah (mulai menangis), miskin, bodoh, dan tak
punya daya. Tetapi, itu tidak berarti bahwa kita dapat mereka
hina secara semena-mena. (sambil menangis) berapa kali mereka
melakukannya? Huh, cacing pun mengeliat jika diinjak, apa
lagi kita, manusia! Mungkin kini mereka akan gentar pada
tekad perlawanan kita. Tetapi jangan puas, mereka harus diberi
pelajaran agar tahu benar-benar bahwa kita bukanlah barang
mainan. (Menangis) Baiklah, akan kucari mereka dengan batubatu
di tanganku! (beranjak pergi).
08. Hana : (menahan Inu seraya memberikan selembar kertas)
09. Inu : (menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian
geleng-geleng kepala dan tertawa sendiri. Diamatinya temantemannya
satu per satu sambil tersenyum-senyum).
10. Jati : (muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu)
”Inu! Kauapakan mereka?
11. Inu : ”Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!”
12. Jati : ”Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 139
13. Inu : ”Hai, bukan aku penyebabnya, Jati!” (tertawa)
14. Jati : ”Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmu menangis
duka. Di mana perasaanmu, Inu?”
15. Inu : ”Jati, apakah setiap tangis itu duka?”
16. Jati : ”Tetapi, mereka jelas nampak menderita!”
17. Inu : (tertawa) ”Tampak menderita tidak sama dengan nyata
menderita!”
18. Jati : ”Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang
sesungguhnya, Inu!”
19. Inu : ”Ampun, Jati! Sabar, Jati ! Nih, coba baca.” (memberikan selembar
kertas).
20 Jati : (dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya)
”Maaf, kami sedang latihan akting menangis, jangan nganggu,
ya!? Trim’s!”
Gila! Sudah! Selesai! Hentikan latihan gila-gilaan ini!”
21. Semua tertawa terbahak-bahak, sementara Jati salah tingkah.
(dikutip dari Buku Kumpulan drama Remaja, berjudul tangis oleh A.Rumadi)
Pola gilir juga dapat dilakukan dalam membawakan acara. Untuk acara
hiburan yang cukup banyak dan panjang, biasanya dipandu oleh dua orang
MC atau pembawa acara. Kedua pembawa acara tersebut saling bergantian
berbicara mengantarkan setiap acara yang akan dipertunjukkan dan
mengomentarinya. Dalam memberikan pengantar atau komentar, dapat
diterapkan pola gilir agar tak terjadi saling ingin bicara dan mendominasi.
140 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
RANGKUMAN
A. Menggunakan Kata, Bentukan kata, serta Kalimat yang Santun
dalam Berkomunikasi
Dalam berkomunikasi yang baik seseorang dituntut untuk
mempertimbangkan situasi berbicara. Pertimbangan ini memunculkan
bentuk ragam berbahasa. Situasi resmi tentu berbeda dengan situasi
tidak resmi. Pembicaraan pada situasi resmi cenderung menggunakan
kata, bentukan kata, serta ungkapan yang baku. Berbeda dengan ragam
tidak resmi yang digunakan saat santai, saat bergaul, dan dalam suasana
akrab (konsultatif) tidaklah harus menggunakan bentukan kata dan
susunan kalimat yang baku. Untuk mencapai komunikasi yang efektif
proses penyampaian dan etika berbahasa yang santun tetap harus
diperhatikan.
B. Memahami Pola Gilir dalam Berkomunikasi
Beberapa sikap yang harus dimiliki ketika menerapkan pola gilir
dalam berkomunikasi ialah menghargai mitra bicara, peka terhadap
kesempatan, sadar akan relevansi pembicaraan, serta memilih dan
menggunakan kata bentukan kata dan ungkapan yang santun sesuai
dengan situasi komunikasi, demi kelangsungan dan kenyamanan
komunikasi.
C. Penerapan Pola Gilir dalam Berbagai Situasi
Menerapkan pola gilir komunikasi dapat terjadi pada:
1. Suasana kehidupan sehari-hari.
2. Diskusi kelompok.
3. Film atau Sinetron.
4. Naskah drama dan pementasan drama.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 141
TUGAS KELOMPOK
1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas 4–5 orang. Kemudian,
tetapkanlah masing-masing anggota menjadi pemeran tokoh drama
berjudul “Tangis” di atas. Lakonkanlah naskah drama tersebut
dengan penghayatan dan penerapan pola gilir yang tepat!
2. Buatlah daftar acara dengan pengantar dan komentar di setiap acara,
kemudian 2 orang anggota kelompok menjadi pembawa acara yang
membacakan acara dengan menerapkan pola gilir yang tepat.
UJI KOMPETENSI
I. Pilihlah jawaban yang paling tepat dari pernyataan di bawah ini!
1. Sikap yang harus dimiliki ketika menerapkan pola gilir dalam
berkomunikasi tertera di bawah ini, kecuali
a. menghargai mitra bicara
b. peka terhadap kesempatan
c. sadar akan relevansi pembicaraan
d. bahasa harus jelas dan terperinci
e. menggunakan kata, bentuk kata, dan ungkapan santun sesuai
komunikasi
2. Pola gilir dalam berkomunikasi adalah
a. percakapan yang terjadi harus berjalan dua arah
b. percakapan tentang suatu topik secara mendalam
c. pembicaraan yang terjadi antara dua sahabat karib
d. percakapan antara tiga orang saja
e. pembicaraan yang mengarah pada diskusi kelompok
3. Menerapkan pola gilir dalam berkomunikasi dapat terjadi pada
peristiwa berikut, kecuali
a. suasana kehidupan sehari-hari
b. film dan sinetron
142 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
c. pementasan
d. di dunia kerja
e. monolog
4. Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh
seorang penyaji dalam diskusi, kecuali
a. menguasai masalah yang disajikan
b. berbicara dengan jelas dan objektif
c. menyajikan makalah bila diminta pendengar
d. berbicara tetap pada temanya
e. membatasi waktu bicara
5. Perbuatan yang harus dihindari oleh pemandu diskusi pada waktu
berlangsungnya diskusi adalah
a. mengatur proses diskusi
b. mematuhi dan menjalankan peraturan diskusi
c. membela penyaji yang pendapatnya disanggah
d. menyusun kesimpulan diskusi dan mengumumkan hasilnya
e. menguasai pokok-pokok masalah yang didiskusikan
6. Kalimat yang sopan untuk menyanggah pendapat dalam diskusi
adalah
a. saya tidak setuju dengan ide yang dikemukakan
b. rasanya janggal bila penyaji berpendapat seperti apa yang
disampaikan tadi
c. saya sama sekali tidak mengerti apa yang disampaikan penyaji
d. dari tadi saya ingin menanggapi karena saya belum paham
e. saya menemukan beberapa hal yang kiranya dapat
dipertimbangkan
7. Di bawah ini merupakan jenis-jenis diskusi, kecuali
a. simposium
b. seminar
c. rapat
d. lokakarya
e. diskusi panel
8. Orang yang bertugas menanggapi, menambah, dan memperbaiki ide,
gagasan, serta pendapat penyaji disebut
a penyaji
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 143
b. peserta diskusi
c. moderator
d. ketua diskusi
e. wakil ketua
9. Yang bukan merupakan manfaat diskusi
a. menguji sikap toleransi
b. melaksanakan sikap demokrasi
c. mengembangkan latihan berpikir
d. mengembangkan kebebasan pribadi
e. menghargai pendapat orang lain
10. Pertemuan wakil suatu organisasi untuk membahas masalah tertentu
disebut
a. konferensi
b. lokakarya
d. kongres
d. simposium
e. sarasehan
11. Yang berhak menyimpulkan hasil diskusi adalah
a. notulis
b. moderator
c. penyaji
d. peserta
e. penyelenggara
12. Yang tidak memerlukan penggunaan bahasa resmi adalah pada suasana
di bawah ini
a. diskusi
b. sidang
c. pidato kenegaraan
d. forum ilmiah
e. ruang praktik dokter
13. Perbedaan pokok antara diskusi panel dan simposium terletak
pada
a. peserta yang hadir
b. makalah yang dibahas
c. waktu yang disediakan
d. ada tidaknya pendengar
e. keresmian pidato
144 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
14. Berikut ini adalah tugas seorang pemrasaran dalam diskusi,
kecuali
a. menaati waktu yang diberikan
b. membuat makalah
c. mengarahkan dan mengatur jalannya diskusi
d. mempresentasikan makalah
e. menjawab pertanyaan dengan singkat dan tepat
15. Dalam berdiskusi kita harus terlibat aktif artinya
a. cepat tanggap
b. agresif
c. tangkas
d. sering bertanya
e. berani mengemukakan pendapat
16. Kalimat yang hanya dapat dipergunakan dalam ragam tak resmi
adalah
a. Jangan-jangan mereka tidak sampai ke puncak gunung itu.
b. Kenapa Yayuk Basuki tidak diikutsertakan pada kejuaraan ini?
c. Mari kita menghadapi masa depan kita dengan optimis.
d. Saya kurang setuju dengan usul Saudara.
e. Semoga usul saya ini mendapat dukungan dari peserta lain.
17. Kalimat di bawah ini yang paling santun untuk menyanggah pendapat
seseorang ketika berdiskusi adalah
a. Saya menolak pendapat Saudara.
b. Saudara Andi, saya tidak setuju dengan pendapat Saudara karena
kurang didukung fakta dan data yang logis.
c. Saudara seharusnya memikirkan terlebih dahulu apa yang akan
Saudara katakan.
d. Saya rasa pendapat Saudara mustahil untuk dilaksanakan.
e. Saudara sungguh tidak logis.
18. Bukan hal yang menentukan keefektifan sebuah proses komunikasi
adalah
a. saling menghargai
b. cara penyampaian
c. penerapan pola gilir
d. panjang waktu pembicaraan
e. bahasa santun penutur
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 145
19. Di bawah ini termasuk beberapa cara menyetujui usul diskusi,
kecuali
a. menjelaskan secara terperinci usul tersebut
b. mengembangkan pendapat lain yang mendukung
c. menjawab pertanyaan penyanggah
d. memberikan fakta-fakta secara umum
e. menyangkal secara halus terhadap usul itu
20. Maaf yang kita diskusikan sekarang adalah masalah program kerja. Jadi
pendapat Saudara tidak relevan dengan masalah yang kita bicarakan.
Penggalan diskusi tadi berisi
a. tawar-menawar
b. penolakan
c. setuju
d. pendapat yang tidak relevan
e. isi diskusi
II. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan pendapatmu mengapa pemahaman konsep pola gilir sangat
penting dalam keberhasilan komunikasi!
2. Jelaskan apa yang dimaksud pola gilir dalam berkomunikasi!
3. Jelaskan beberapa sikap yang harus dimiliki ketika menerapkan pola
gilir dalam komunikasi!
4. Jelaskan dalam situasi apa saja kita perlu menerapkan pola gilir!
5. Jelaskan manfaat diskusi!
6. Sebutkan jenis-jenis diskusi yang kamu ketahui!
7. Jelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam diskusi!
8. Jelaskan empat tahap yang harus dilalui dalam diskusi!
9. Carilah penggalan drama. Kemudian, perankan drama tersebut dengan
menerapkan pola gilir!
10. Buatlah contoh susunan tempat duduk dalam diskusi dalam bentuk
skema!

BAB 4 MEMBACA UNTUK MEMAHAMI MAKNA KATA, BENTUK KATA UNGKAPAN, DAN KALIMAT DALAM KONTEKS BEKERJA

BAB 4
MEMBACA UNTUK MEMAHAMI MAKNA KATA,
BENTUK KATA UNGKAPAN, DAN KALIMAT
DALAM KONTEKS BEKERJA


Wacana
Kebiasaan Lama Kurangi Sampah Plastik
Kebiasaan lama tak selalu jelek. Bahkan ada yang ramah lingkungan.
Sewaktu kecil, sampai awal tahun 1980-an, kita masih terbiasa melihat
nenek atau ibu-ibu tetangga ke pasar tradisional membawa tas sendiri
yang terbuat dari anyaman pandan atau tas kain. Sejalan merebaknya
pasar swalayan yang menyediakan tas belanja plastik sebagai layanan bagi
pelanggan sekaligus promosi, kebiasaan itu menghilang. Ritual belanja
memang jadi lebih praktis, namun menimbulkan masalah lain: gunungan
sampah!
Padahal, tahukah Anda, plastik itu terbuat dari minyak bumi yang
jumlahnya makin hari makin terbatas? Jadi “Bring your own bag.” Ini
kampanye dari toko pernik interior IKEA di Singapura. Sejak Hari Bumi
22 April 2007, mereka tak lagi menyediakan tas belanja plastik. Para
pelanggan diberi pilihan membawa tas belanja sendiri, beli tas belanja dari
belacu dengan rancangan cantik seharga Sin $ 1,2 (setara Rp 12.000), atau
membeli tas plastik seharga 5 atau 10 sen dolar Singapura, bergantung
pada ukurannya. Jadi, kampanye pengurangan penggunaan plastik bukan
hanya untuk mengurangi gunungan sampah, tapi juga menghemat BBM.
Di pertigaan Rawa Belong, Jakarta Barat, tiap sore hingga malam bisa
kita temui warung tenda “Bubur Ayam Lumayan Bang Tatang.” Bubur nasi
kental dengan tumpukan suwiran ayam ini laris manis. Tak kalah laris, cara
Bang Tatang menyiapkan bubur bagi pelanggannya yang antre sampai ke
luar tenda. One man show, ia menjejerkan 20 mangkuk kosong sekaligus,
dengan gerakan cepat, dalam tempo 5 menit, semuanya sudah terhidang di
hadapan pelanggan.
“Bawa tempat sendiri, saya tak menyediakan plastik, repot dan lama
melayaninya!” katanya dengan nada ketus tiap kali pelanggannya pesan
untuk dibawa pulang. Sombong! Begitulah komentar pembeli yang baru
pertama kali berkunjung. Tapi bila dipikir-pikir, “kesombongan” Bang
Tatang adalah perilaku baik yang ramah lingkungan.
Dulu, bila ingin membeli bakso, soto, atau es kelapa muda di pojok
jalan, banyak di antara kita yang membawa mangkuk sendiri. Sekarang,
pemandangan semacam itu nyaris tak pernah ada. Yang umum justru
banyak yang memanfaatkan kantong plastik. Idealnya, kita harus membawa
rantang susun sendiri bila membeli makanan untuk dibawa pulang dari
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 63
restoran. Tindakan ini untuk mengurangi sampah styrofoam dan plastik.
Bukankah sekarang, wadah makanan banyak yang dirancang cantik?
Dijamin tak bakal bikin malu.
Kampanye penggunaan tas bukan plastik sendiri sebenarnya sudah
cukup lama ada di Indonesia. Pusat perkulakan Makro, misalnya, saat
mulai beroperasi di Indonesia tak menyediakan tas belanja. Pelanggan
dipersilakan mengangkut belanjaan dalam kemasan karton aslinya,
sedangkan perusahaan tata rias The Body Shop sempat mengadakan
kampanye Reuse Reduce Recycle dengan memberikan potongan harga bagi
pelanggannya, yang mengisi ulang produk dengan membawa wadah lama.
Namun, kurangnya peminat membuat The Body Shop mengubah strategi.
Tak lagi menerima wadah lama, tapi mengganti bahan wadah dengan
materi yang lebih cepat terurai di alam.
Untuk mengurangi gunung sampah plastik dan menghemat BBM,
kembalilah pada kebiasaan lama, membawa wadah sendiri untuk jajanan
dan belanjaan kita.
(Sumber: Intisari, Juli 2007)
A. Klasifikasi Kata Berdasarkan Kelas Kata
Untuk mendayagunakan bahasa secara maksimal, diperlukan kesadaran
akan pentingnya pengayaan kosakat. Kesadaran itulah yang memotivasi
kita untuk lebih rajin membaca. Membaca merupakan kegiatan berbahasa
yang secara aktif menyerap informasi atau pesan yang disampaikan melalui
media tulis, seperti buku, majalah, dan surat kabar. Aktivitas membaca
tidak saja dilakukan untuk menyerap informasi atau pesan yang diuraikan
di dalam bacaan, tetapi membaca dapat juga dilakukan dengan tujuan
menelaah unsur-unsur kebahasaan yang terkandung di dalamnya.
Dalam sebuah bacaan, terkandung banyak unsur bahasa yang berkaitan
dengan makna kata dan ruang lingkupnya. Juga penggunaan gaya bahasa
yang berhubungan dengan ungkapan dan bentuk-bentuk pemakaiannya.
Pada bab ini, kita akan membahas dan menelaah unsur-unsur kebahasaan
di dalam bacaan berkaitan dengan kata, bentuk kata, ungkapan, serta
kalimat berdasarkan kelas kata dan makna kata.
Kata merupakan unsur yang sangat penting dalam membangun suatu
kalimat. Tanpa kata, tidak mungkin ada kalimat. Setiap kata mempunyai
fungsi dan peranan yang berbeda sesuai dengan kelas kata atau jenis
64 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
katanya. Di kelas X, kita sudah mempelajari kelas kata dan pada bab ini akan
dibahas kembali tentang kelas kata dan hubungannya dengan kalimat.
Secara umum kelas kata terdiri atas 5 macam, yaitu:
(1) kata kerja (verba)
(2) kata sifat (adjektif )
(3) kata keterangan (adverbia)
(4) kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
(5) kata tugas
1. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja ialah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata
kerja biasanya berfungsi sebagai predikat. Suatu kata dapat digolongkan ke
dalam kelas kata kerja apabila memenuhi persyaratan berikut.
(1) Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata sifat.
Contoh:
pergi (Pergi dengan gembira.)
tidur (Tidur dengan nyenyak.)
jalan (Jalan dengan santai.)
(2) Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah.
Contoh:
(akan) mandi
(sedang) tidur
(telah) pergi
(3) Dapat diingkari dengan kata tidak.
Contoh:
(tidak) makan
(tidak) lihat
(tidak) pulang
(4) Berawalan me- dan ber-
Contoh:
melatih
melihat
merakit
berdiskusi
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 65
berpikir
berusaha
2. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat ialah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau
keadaan sesuatu, misalnya keadaan orang, binatang, benda. Kata sifat
berfungsi sebagai predikat.
Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata sifat apabila
memenuhi persyaratan berikut.
(1) Dapat diawali dengan kata sangat, paling dan diakhiri dengan kata
sekali.
Contoh:
indah (sangat indah/indah sekali)
baik (sangat baik/baik sekali)
tinggi (sangat tinggi/tinggi sekali)
(2) Dapat diberi awalan se- dan ter-.
Contoh:
luas (seluas/terluas)
bodoh (sebodoh/terbodoh)
mudah (semudah/termudah)
buruk (seburuk/terburuk)
baik (sebaik/terbaik)
(3) Dapat diingkari dengan kata tidak.
Contoh:
murah (tidak murah)
sulit (tidak sulit)
pahit (tidak pahit)
3. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan
pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.
Berikut adalah macam-macam adverbia.
(1) Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya,
tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.
(2) Adverbia turunan terbagi atas 3 bentuk berikut.
66 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
(a) Adverbia reduplikasi, misalnya ; agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih,
paling-paling.
(b) Adverbia gabungan, misalnya : belum boleh, belum pernah, atau tidak
mungkin.
(c) Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau,
agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.
4. Kata Benda (Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata Bilangan (Numeralia)
4.1. Kata benda
Kata benda ialah kata yang mengacu pada benda, orang, konsep,
ataupun pengertian yang berfungsi sebagai objek dan subjek. Suatu
kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata benda apabila memenuhi
persyaratan berikut.
(1) Dapat diikuti oleh frasa yang + sangat.
Contoh:
mobil (mobil yang bagus/mobil yang sangat bagus)
pemandangan (pemandangan yang indah/pemandangan yang
sangat indah)
pemuda (pemuda yang gagah/pemuda yang sangat gagah)
(2) Berimbuhan pe-, -an, pe-/-an, per-/-an, ke-/-an.
Contoh:
permainan
pertunjukan
kesehatan
(3) Dapat diingkari dengan kata bukan.
Contoh :
saya (bukan saya)
roti (bukan roti)
gubuk (bukan gubuk)
4.2. Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu
pada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau
nomina.
Contoh:
Aku sudah mencoba membujuknya.
Kami sangat berharap kepada kalian.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 67
Dia telah meninggalkan kita.
Itu memang miliknya.
4.3. Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk
menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda.
Contoh:
Ibu membeli gelas selusin.
Ia mendapat peringkat pertama di kelasnya.
Bapak Bardi memiliki dua puluh ekor kambing.
Sepertiga dari harta warisan itu disumbangkan ke panti asuhan.
5. Kata Tugas
Kata tugas dapat dirinci menjadi empat jenis kata, yaitu (1) kata depan,
(2) kata sambung, (3) kata sandang, (4) kata seru, dan (5) partikel.
(1) Kata Depan (Preposisi)
Kata depan adalah kata yang menghubungkan dua kata atau dua
kalimat.
Contoh:
di (sebelah) utara = menunjuk arah
ke timur = menunjuk arah
dari pasar = menunjuk tempat
pada hari senin = menunjuk waktu
(2) Kata Sambung (Konjungsi)
Kata sambung adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa
yang sederajat: kata dengan kata; frasa dengan frasa, klausa dengan
klausa.
Contoh :
adik dan kakak
makan atau minum
tidak makan, tetapi minum
ia tidak naik kelas karena bodoh
Adi meletakkan tasnya, lalu ia membuka seragamnya.
68 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
(3) Kata Sandang (Artikula)
Kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.
Contoh:
sang guru (sang bermakna tunggal)
para pemimpin (para bermakna jamak)
si cantik (si bermakna netral)
(4) Kata Seru (Interjeksi)
Kata seru adalah tugas yang digunakan untuk mengungkapkan seruan
hati.
Contoh:
Aduh, kakiku sakit sekali.
Astaga, mengapa kamu berani mencuri ?
Ayo, jangan putus asa.
“Wah, mahal sekali!” kata adik.
Kata yang dicetak miring adalah kata seru. Contoh lain kata seru adalah
hai, nah, oh, celaka, gila, Masya Allah, dan Alhamdulillah.
(5) Partikel
Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai,
mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi.
Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah, dan pernyataan
(berita).
Contoh partikel: -lah, -kah, -tah, -deh, -dong, -kek, dan -pun
Kita baru saja mempelajari kelas kata beserta ciri-cirinya. Dalam suatu
wacana, tentu terdapat berbagai kata, frasa, dan kalimat. Kita dapat merinci
setiap kata berdasarkan kelas katanya.
B. Klasifikasi Kata Berdasarkan Bentuk Kata
Dari segi bentuknya, kata dapat dibedakan atas empat macam, yaitu :
1. Kata Dasar
2. Kata Turunan
3. Kata Ulang
4. Kata Majemuk
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 69
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang tidak berimbuhan atau yang belum
diberikan awalan, akhiran, sisipan, dan penggabungan awalan akhiran.
Kata-kata seperti baik, getar, kerja, sakit, gunung disebut sebagai kata dasar
karena kata-kata itu tidak berimbuhan atau belum diberi imbuhan. Jika katakata
itu diberi imbuhan, hasilnya antara lain terbaik, getaran, pekerja, kesakitan,
dan pegunungan. Jika sudah mengalami penambahan atau pengimbuhan,
kata tersebut sudah dikategorikan ke dalam kata turunan.
2. Kata Turunan
Sebuah kata dapat menyampaikan beberapa pengertian melalui
bentukan-bentukannya. Dari satu kata pula, kita dapat membuat atau
mengembangkannya menjadi beberapa kata turunan. Dari kata turunan
tersebut, kita dapat mengungkapkan satu bahkan beberapa ide/perasaan.
Pemekaran kata dengan memberi imbuhan itu pun akan membuat katakata
tersebut mengalami perubahan jenis atau kelas katanya. Coba Anda
amati kata satu termasuk kata bilangan/numeralia yang berarti “bilangan
asli pertama”. Kata satu diberi awalan ber- menjadi bersatu. Kata tersebut
mengalami perubahan arti, meskipun masih memiliki arti dasar yang tetap,
yaitu “satu”, bersatu artinya berkumpul atau bergabung menjadi satu. Kata
bersatu bukan merupakan kelas kata bilangan lagi, tetapi termasuk kelas
kata kerja.
Bagaimana pengimbuhannya?
Anda telah melihat bahwa dari satu kata (misalnya satu) dapat kita
bentuk belasan kata turunannya. Bentuk berimbuhan tersebut menunjukkan
pertalian yang teratur antara bentuk dan maknanya. Hal ini dapat berlaku
pula pada kata-kata yang lainnya. Perhatikan tabel berikut dengan cermat.
3. Kata Ulang
Kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan bentuk baik seluruh kata
maupun sebagian. Semua kata ulang wajib di tulis dengan memakai tanda penghubung ( - ).
Contoh :
lauk-pauk mondar-mandir
asuh pengasuh pengasuhan 􀈬 mengasuh asuhan
baca pembaca pembacaan membaca bacaan
bangun pembangun pembangunan membangun bangunan
buat pembuat pembuatan perbuatan membuat buatan
cetak pencetak pencetakan percetakan mencetak cetakan
edar pengedar pengedaran pengedaran mengedar edaran
potong pemotong pemotongan perpotongan memotong potongan
sapu penyapu penyapuan persapuan menyapu sapuan
tulis penulis penulisan menulis tulisan
ukir pengukir pengukiran mengukir ukiran
impor pengimpor pengimporan mengimpor imporan
Kata􀈱Asal􀈱
Verba
Pelaku Proses􀈱 Hal/Tempat Perbuatan Hasil
70 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
3. Kata Ulang
Kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan bentuk
baik seluruh kata maupun sebagian. Semua kata ulang wajib ditulis dengan
memakai tanda penghubung (-).
Contoh:
lauk-pauk mondar-mandir
anak-anak porak-poranda
berjalan-jalan biri-biri
gerak-gerik kupu-kupu
dibesar-besarkan laba-laba
huru-hara
Macam-macam kata ulang
1. Ulangan seluruh kata dasar
Contoh:
anak-anak meja-meja
buku-buku ibu-ibu
main-main makan-makan
2. Ulangan kata dengan memberi imbuhan
Contoh:
berjalan-jalan bermanja-manja
dibesar-besarkan dipukul-pukulkan
berlari-larian menarik-narik
3. Ulangan seluruh kata, namun terjadi perubahan suara pada kata yang
kedua
Contoh:
gerak-gerik caci-maki
mondar-mandir compang-camping
huru-hara terang-benderang
bolak-balik carut-marut
lauk-pauk
4. Ulangan seluruh kata yang dinamakan kata asal
Misalnya :
anai-anai ubur-ubur
kunang-kunang lobi-lobi
kupu-kupu mata-mata
agar-agar
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 71
4. Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk
satu pengertian.
Contoh:
duta besar
kereta api senja utama
meja tulis guru
rumah makan
terjun payung
buku sejarah baru
kereta api cepat luar biasa
lapangan udara
rumah sakit jiwa
siap tempur
Contoh di atas menunjukkan bahwa kata dasar majemuk dapat sendiri
dari gabungan dua kata, tiga kata, empat kata, lima kata bahkan dapat
lebih. Hal yang terpenting adalah gabungan kata-kata itu harus menunjuk
kepada satu arti dan tidak melebihi batas fungsi sebagai kata.
Cara penulisan kata majemuk ada yang terpisah atas dua kata atau
lebih, seperti contoh tadi (duta besar, rumah makan) dan ada yang ditulis
serangkai (jika hubungan kedua kata sudah sangat padu).
Contoh:
matahari kacamata
sapu tangan beasiswa
olahraga antarkota
C. Klasifikasi Kata Berdasarkan Makna Kata
Kita sudah mempelajari proses pembentukan kata yang semua itu
berpengaruh pada perubahan makna kata dari makna awalnya. Selain
proses bentukan kata, makna kata juga dapat ditimbulkan oleh dua hal,
yaitu hubungan referensial dan hubungan antarmakna.
72 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
1. Makna Kata Berdasarkan Hubungan Referensial
Makna kata ini dibedakan menjadi:
a. Makna denotatif
Makna denotatif ialah makna yang paling dekat dengan bendanya
(makna konseptual), atau kata yang mengandung arti sebenarnya.
Contoh:
1. Bunga mawar itu dipetik Sita dan disuntingkan di rambutnya.
2. Untuk menafkahi kedua anaknya, ia menjual sayuran di pasar.
3. Penjual menawarkan barang kepada pembeli.
4. Bajunya basah kuyup terkena keringat.
b. Makna konotatif
Makna konotatif ialah makna kiasan atau diartikan makna yang
cenderung lain dengan benda nyata (makna kontekstual) disebut juga
makna tambahan.
Contoh :
1. Ayahnya mendapat kursi sebagai anggota dewan.
kursi artinya jabatan/kekuasaan
2. Hatiku berbunga-bunga setelah anakku mendapat juara pertama.
berbunga-bunga artinya gembira
3. Sekarang ia bekerja di tempat yang basah.
basah artinya selalu menghasilkan uang
Dalam pengertian lain makna konotasi berkaitan dengan cakupan
makna halus dan cakupan makna kasar.
Contoh cakupan makna halus:
1. Neneknya sudah meninggal dua hari yang lalu.
2. Istri Pak Dadang seorang perawat di rumah sakit pusat.
3. Ibunya Rosita sedang hamil lima bulan.
4. Mari kita doakan para pahlawan yang telah gugur agar arwahnya
diterima oleh Allah.
Contoh cakupan makna kasar:
1. Pamannya sudah mampus seminggu yang lalu.
2. Kakakku sedang bunting, dia harus berhati-hati.
3. Bininya seorang dokter.
4. Pahlawan telah mati di medan laga.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 73
c. Makna idiomatik (ungkapan)
Secara umum ungkapan berarti gabungan kata yang memberi arti
khusus atau kata-kata yang dipakai dengan arti lain dari arti yang
sebenarnya.
Ungkapan dapat juga diartikan makna leksikal yang dibangun dari
beberapa kata, yang tidak dapat dijelaskan lagi lewat makna kata-kata
pembentuknya.
Contoh:
− ringan tangan = rajin bekerja, suka memukul
− gerak langkah = perbuatan
− dipeti-eskan = dibekukan atau tidak digunakan
− tertangkap basah = terlihat saat melakukan
− gali lubang tutup lubang = pinjam sini, pinjam sana
− banting stir = mengubah haluan
− jantung hati = kekasih
Ungkapan berfungsi menghidupkan, melancarkan serta mendorong
perkembangan bahasa Indonesia supaya dapat mengimbangi perkembangan
kebutuhan bahasa terhadap ilmu pengetahuan dan keindahan
sehingga tidak membosankan. Tata bahasa ibarat kebun, ungkapan
ibarat kembang-kembangnya. Dilihat dari bentuk dan prosesnya,
ungkapan dapat diperinci ke dalam beberapa jenis berikut.
1. Menurut jumlah kata
a. Dua kata
− mencari ilham : berusaha mencari ide baru
− bercermin bangkai : menanggung malu
b. Tiga kata atau lebih
− diam seribu bahasa : membisu
− hutangnya setiap helai bulu : tak terhitung banyaknya
2. Menurut zaman
a. Ungkapan lama
− matanya bagai bintang timur : bersinar, tajam
− rambutnya bagai mayang mengurai : ikal, keriting
− berminyak air : berpura-pura
b. Ungkapan baru
− ranjau pers : undang-undang pers
− berebut senja : siang berganti malam
− ranum dunia : penyebab kesulitan
74 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
3. Menurut asalnya
a. Ungkapan berasal dari bahasa asing
− black sheep : kambing hitam
− over nemen : mengambil oper
− side effect : akibat samping
b. Ungkapan berasal dari bahasa daerah
− soko guru : suri tauladan
− anak bawang : yang tidak diutamakan
2. Makna Kata Berdasarkan Hubungan Antarmakna
Makna kata berdasarkan hubungan antarmakna terdiri atas sinonim,
antonim, dan hiponim.
a. Sinonim
Sinonim ialah pasangan kata atau kelompok kata yang mempunyai arti
mirip atau hampir sama. Walaupun sinonim menunjukkan kesamaan arti
kata, sesungguhnya arti kata-kata itu tidaklah sama betul. Dalam kalimat
tertentu, suatu kata mungkin dapat digunakan tetapi dalam kalimat lain
tidak dapat digunakan atau penggunaannya selalu dipertimbangkan oleh
unsur nilai rasa atau lingkungan penuturnya (kontekstual).
Contoh sinonim dengan kata yang sama maknanya :
− Bung Hatta telah wafat. (telah = sudah)
− Kita merdeka karena jasa Bung Hatta. (karena = sebab)
− Bung Hatta sangat berjasa. (sangat = amat)
Contoh beberapa kata yang memiliki kemiripan makna :
− Tepat di muka gedung kantor pos Jakarta berdirilah sebuah
kompleks bangunan kuno yang kukuh.
− Persis di bangunan kantor pos Jakarta kota tertancaplah
sebuah kawasan bangunan kolot yang kuat.
Makna kalimat 1 dan 2 sama. Namun kalimat 1 lebih jelas isinya, kalimat
2 pilihan katanya kurang tepat sehingga pembaca / pendengar menjadi ragu
menafsirkan maknanya.
b. Antonim
Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya/berlawanan
artinya.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 75
Contoh:
a) Sejak sakit batuk, ia pantang minum es.
Ia harus meminum obat itu sesuai yang dianjurkan oleh dokter.
b) Aksi penebangan pohon merupakan perusakan hutan.
Pemerintah menghimbau agar warga melestarikan hutan.
c) Kadang-kadang ia berlatih seminggu sekali.
Nasihat orang tuanya seringkali tidak didengarnya.
d) Perkembangan anak itu sangat lambat.
Dengan tangkasnya, ia menendang bola ke mulut gawang.
Terdapat beberapa perbedaan antara kata-kata yang berantonim.
Oposisi antarkata dapat berbentuk seperti berikut.
a. Oposisi kembar
Contoh:
− laki-laki-perempuan
− jantan–betina
− hidup-mati
b. Oposisi majemuk
Contoh:
− baju-merah
− sapu- tangan
− rumah-makan
c. Oposisi gradual
Contoh:
− kaya- miskin
− panjang- pendek
d. Oposisi relasional (kebalikan)
Contoh:
− orangtua-anak
− guru-murid
− memberi-menerima
e. Oposisi inversi
Contoh:
− Jual-beli
− Pulang-pergi
76 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
f. Oposisi komplementer
Contoh:
− mur-baut
− kompor-minyak
g. Oposisi inkompabilitas
Contoh:
− merah-hijau
h. Oposisi hierarki
Contoh:
- camat lurah.
c. Hiponim
Hiponim ialah kata yang memiliki hubungan hierarkis dengan
beberapa kata yang lain. Hubungan hierarki ini terdiri atas satu kata yang
merupakan induk (hipernim), yang memiliki semua komponen makna kata
lainnya yang menjadi unsur bawahannya (hiponim). Proses hiponim dan
hipernim menimbulkan istilah kata umum dan kata khusus.
Kata umum dipakai untuk mengungkapkan gagasan umum,
sedangkan kata khusus digunakan untuk perinciannya. Jadi, kata umum
dapat diterapkan untuk semua hal, sedangkan kata khusus diterapkan
untuk hal tertentu saja. Contoh penggunaan kata umum dan khusus dalam
kalimat seperti berikut.
1. Pukul 07.00 WIB bel berdering cukup keras.
Berdering (kata khusus), biasanya digunakan untuk bunyi bel. Kata
umumnya ialah bunyi. Kata bunyi bisa digunakan untuk semua suara
benda/sesuatu.
2. Untuk menyambut tahun baru, Ibu merangkai melati dan mawar.
Kata melati dan mawar merupakan kata khusus. Kata umumnya ialah
bunga.
Berdasarkan contoh penggunaan kata umum dan kata khusus di atas,
cermatilah kata umum dan kata khusus pada tabel berikut ini.
Kata Umum Kata Khusus
melihat memandang, menonton, meratap,
menyaksikan, menengok, mengintip
mamalia sapi, kambing, kucing
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 77
pola hidup berfoya-foya, boros, irit, mewah,
sederhana
musik jazz, rock, keroncong.
kendaraan mobil, motor, bus
membawa menjinjing, memikul, memanggul,
menenteng, menggendong
memotong memenggal, mengiris, menebang,
memancung, menggergaji
D. Penggunaan Kamus dalam Mencari Bentuk,
Kategori, dan Makna Kata
Kamus dapat membantu seseorang untuk mencari variasi bentukan
kata, kelas kata, dan contoh-contoh pemakaiannya, termasuk pelafalan,
pedoman kata, dan bentuk ungkapannya. Kamus disusun berdasarkan
abjad yang disertai penjelasan tentang makna dan pemakaiannya. Di dalam
kamus, terdapat keterangan tentang hal-hal berikut.
(1) Label bidang ilmu, contoh: Adm (administrasi dan kepegawaian), Anat
(anatomi) Ark (arkeologi).
(2) Dialek, contoh Jw untuk Jawa, BT untuk Batak, Ar untuk Arab, Bld
untuk Belanda.
(3) Ragam bahasa, contoh cak untuk cakapan, hor untuk ragam hormat, kas
untuk ragam kasar.
(4) Penjelasan makna, contoh berlari: berjalan kencang,
(5) Label kelas kata, contoh a (adjektiva), adv (adverbia), n (nomina), v
(verba)
78 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
Contoh Lembaran Kamus
E. Bentukan Kata/Frasa Baru
Kata adalah satuan terkecil dari tata bahasa yang bermakna. Makna kata
merupakan perwujudan kesatuan perasaan dari pikiran yang disampaikan
lewat bahasa. Dari satu kata, dapat kita bentuk belasan kata turunannya.
Bentuk berimbuhan tersebut menunjukkan pertalian yang teratur antara
bentuk dan maknanya. Dalam perkembangan bahasa Indonesia, kata banyak
mengalami penambahan. Hal ini terjadi karena adanya proses asimilasi
dan adaptasi dari kosakata asing dan juga akibat paradigma atau proses
analogi. Paradigma artinya pembentukan kata mengikuti pola atau contoh
yang sudah ada, sedangkan analogi membandingkan pola yang sudah ada.
Pada dasarnya keduanya sama.
Contoh bentukan kata berdasarkan paradigma:
Cuci
Mencuci (perbuatan) pencuci (pelaku) pencucian (proses) cucian (hasil)
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 79
Berlaku pula pada kata-kata di bawah ini.
Pelaku Proses Hasil Perbuatan
potong pemotong pemotongan potongan memotong
cetak pencetak pencetakan cetakan mencetak
lukis pelukis pelukisan lukisan melukis
tanam penanam penanaman tanaman menanam
ajar pelajar pembelajaran ajaran mengajar
Bentuk Dasar
Makna
Contoh pembentukan frasa berdasarkan paradigma atau analogi.
1. Dari frasa rumah produksi, muncul frasa yang sejenis, yaitu:
− rumah singgah
− rumah potong
− rumah duka
− rumah industri
2. Dari frasa bawah sadar, muncul frasa baru:
− bawah umur
− bawah standar
− bawah tanah
− bawah harga
3. Dari bentukan kata pramugari dan pramuniaga, muncullah bentukan
kata:
− pramuwisma
− pramusiwi
− pramusaji
− pramuria
− pramuwisata
− pramujasa
4. Dari frasa alih bahasa, timbul frasa:
− alih ragam
− alih ilmu
− alih kuasa
− alih haluan
− alih teknologi
5. Dari frasa hari raya muncul frasa baru :
− jalan raya
− pasar raya
80 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
− panen raya
6. Dari kata tamu agung muncul
− jaksa agung
− upacara agung
− hakim agung
− jumat agung
− dewan pertimbangan agung
− mahkamah agung
− karya agung
7. Dari gabungan kata angkat topi timbul gabungan kata:
− angkat diri
− angkat bicara
− angkat sumpah
− angkat sembah
− angkat bahu
− angkat kaki
8. Dari istilah adipati, timbul istilah:
− adibusana
− adikuasa
− adidaya
− adikarya
Contoh pembentukan kata yang dipengaruhi oleh imbuhan asing.
− -if : aktif, agresif
− -er : komplementer, parlementer
− -al : struktur, normal
− -is : teknis, praktis
− -isasi : modernisasi, normalisasi, legalisasi
− pasca- : pascapanen, pascasarjana
− pra- : prasejarah, prakarsa.
F. Pemakaian Kata , Frasa, dan Kalimat yang Kurang
Tepat
Dalam kegiatan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan,
adakalanya pemakai bahasa tidak cermat memilih kata yang dituangkannya
di dalam kalimat. Akibatnya, kalimat yang diungkapkan tidak tepat atau
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 81
tidak sesuai dengan kaidah yang benar. Kesalahan itu dapat terjadi pada
penggunaan bentuk kata (proses morfologi), pemakaian kelompok kata
(frasa), pemilihan ungkapan, atau keefektifan kalimat.
Dalam bentuk lisan, kesalahan itu terjadi disebabkan oleh hal-hal
berikut.
1. Kesalahan penggunaan imbuhan (bentuk kata).
Contoh :
a. Pintu masuk SMK 3 akan diperlebarkan. (salah)
Pintu masuk SMK 3 akan dilebarkan atau Pintu masuk SMK 3 akan
diperlebar. (benar)
b. Jangan dibiasakan mengenyampingkan masalah itu. (salah)
Jangan dibiasakan mengesampingkan masalah itu. (benar)
c. Rudi sedang mencat pagar rumahnya. (salah)
Rudi sedang mengecat pagar rumahnya. (benar)
2. Ketidaktepatan pemakaian frasa (kelompok kata).
Contoh :
a. Untuk sementara waktu, siswa tidak bisa praktik karena ruangan
sedang direnovasi. (salah)
Untuk sementara siswa tidak bisa praktik karena ruangan sedang
direnovasi. (benar)
b. Bus Parahiyangan sudah dinyatakan laik darat. (salah)
Bus Parahiyangan sudah dinyatakan laik jalan. (benar)
3. Kesalahan kalimat
a. Di dalam darah orang itu mengandung virus HIV. (salah)
Darah orang itu mengandung virus HIV. (benar)
b. Untuk peningkatan mutu pendidikan dari sekolah swasta dimana
memerlukan ketekunan dan keuletan para pamong. (salah)
Untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah swasta diperlukan
ketekunan dan keuletan para pamongnya. (benar)
Kesalahan juga banyak terjadi akibat penggunaan bentukan kata atau
frasa yang baru yang tidak lazim atau tidak benar secara kaidah bahasa.
Ketidaktepatan bentukan kata atau frasa juga dapat disebabkan kesalahan
secara analogi atau paradigma.
82 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
Perhatikanlah contoh di bawah ini.
a. pertanggungan jawab dalam kalimat “Laporan pertanggungan jawab
gubernur telah diterima sebagian besar anggota dewan.” (tidak tepat
secara kaidah/tidak lazim) seharusnya pertanggungjawaban.
b. goreng pisang dalam kalimat “Ia membeli goreng pisang untuk adiknya.”
(tidak tepat secara kaidah/tidak lazim ) seharusnya pisang goreng.
c. pengangguran dalam kalimat “Ia menjadi pengangguran setelah
perusahaannya bangkrut.” (salah secara analogi) seharusnya penganggur
dari kata menganggur (verba)-penganggur (nomina)-pengangguran
(nomina proses)
d. ruang rokok untuk ruang khusus merokok (tidak lazim) meskipun
dianalogikan kepada ruang tunggu untuk ruang khusus menunggu.
e. Bentuk kata pemelajaran, tidak tepat secara analogi, sebab kata tersebut
berasal dari kata belajar yang diberi imbuhan pe-an, seperti kata berhenti
menjadi pemberhentian.
f. Kata penglepasan, pada kalimat “ Penglepasan siswa kelas XII dimeriahkan
dengan kegiatan pentas seni dari siswa-siswi.” Tidak tepat secara
analogi, sebab kata dasarnya lepas, jika diberi imbuhan pe-an, menjadi
pelepasan.
Untuk membuat kalimat yang cermat, kita harus memahami ciri kalimat
efektif. Kalimat yang baik atau efektif mempunyai ciri-ciri seperti berikut.
a. Kepadanan
− Memiliki S dan P dengan jelas.
(di depan S tidak boleh ada kata depan dan di depan P tidak boleh
ada kata penghubung yang)
Contoh:
(1) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah. (benar)
(2) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar
uang kuliah. (salah)
− Tidak terdapat S ganda.
Contoh:
(1) Dia pulang setelah dia membeli berbagai kebutuhan. (salah)
(2) Dia pulang setelah membeli berbagai kebutuhan. (benar)
− Kata penghubung intra kalimat tidak dipakai dalam kalimat
tunggal.
Contoh:
(1) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat
mengikuti acara pertama. (salah)
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 83
(2) Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat
mengikuti acara pertama. (benar)
b. Keparalelan
Persamaan bentuk kata digunakan dalam kalimat yang mengandung
rincian.
Contoh:
(1) Harga minyak dibekukan dan dinaikkan secara bertahap (benar)
(2) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara bertahap.
c. Kehematan
Kehematan menggunakan kata atau frasa
− Menghindarkan penjamakan bentuk jamak
Contoh:
(1) Para tamu-tamu mencicipi hidangan yang disediakan. (salah)
(2) Para tamu mencicipi hidangan yang disediakan. (benar)
− Penggunaan kata-kata yang berlebihan.
Contoh:
(1) Ia memakai baju warna merah. (salah)
(2) Ia memakai baju merah. (benar)
d. Kepaduan (tegas dan lugas)
− Hindarkan kalimat bertele-tele.
Contoh:
(1) Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita,
orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa
kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar
dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan
yang adil dan beradab. (salah)
(2) Kita harus dapat mengembalikan kepribadian kita yang sudah
ke luar dari rasa kemanusiaan dan dari kepribadian manusia
Indonesia yang adil dan beradab.
e. Kecermatan
Kecermatan pemakaian kata, penulisan kata, penggunaan tanda baca.
Contoh : Dua puluh lima ribuan.
Bisa diartikan dua puluh lima lemar uang ribuan (Rp 25.000,-)
Atau
Dua puluh lembar uang, lima ribuan.
84 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
RANGKUMAN
A. Klasifikasi Kata berdasarkan Kelas Kata
Secara umum kelas kata terdiri atas 5 macam, yaitu:
(1) Kata kerja (verba)
(2) Kata sifat (adjektif)
(3) Kata keterangan (adverbia)
(4) Kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan
(numeralia)
(5) Kata tugas yang dapat dirinci menjadi empat jenis kata, yaitu
(1) kata depan, (2) kata sambung, (3) kata sandang, (4) kata
seru, dan (5) partikel.
B. Klasifikasi Kata Berdasarkan Bentuk Kata
Dari segi bentuknya, kata dapat dibedakan atas empat macam, yaitu :
(1) Kata Dasar
(2) Kata Turunan
(3) Kata Ulang
(4) Kata Majemuk
C. Klasifikasi Kata Berdasarkan Makna Kata
Selain proses bentukan kata, makna kata juga dapat ditimbulkan
oleh dua hal, yaitu:
(1) Makna kata berdasarkan hubungan referensial yang dibedakan
menjadi makna denotatif, makna konotatif, dan makna idiomatik
(ungkapan).
(2) Makna kata berdasarkan hubungan antarmakna yang terdiri atas
Makna kata berdasarkan hubungan antarmakna terdiri atas: sinonim,
antonim, dan hiponim.
D. Penggunaan Kamus dalam Mencari Bentuk, Kategori, dan Makna
Kata
Kamus dapat membantu seseorang bukan saja untuk mencari seperti
variasi bentukan kata, kelas kata dan contoh-contoh pemakaiannya,
termasuk pelafalan, pedoman kata, dan bentuk ungkapannya.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 85
E. Pemakaian Kata , Frasa, dan Kalimat yang Kurang Tepat
Dalam kegiatan berkomunikasi secara lisan atau tulisan masih
terdapat pemakaian bahasa yang kurang cermat dalam memilih kata
yang digunakan pada kalimat sehingga kalimat tidak sesuai dengan
kaidah bahasa yang benar. Ketidakcermatan dapat terjadi pada pemilihan
bentuk kata (proses morfologi, pemakaian kelompok kata (frasa),
pemilihan ungkapan, atau keefektivitasan kalimat. Kesalahan juga bisa
terjadi karena bentukan kata yang baru atau tidak lazim.
TUGAS MANDIRI
Agar Anda lebih memahami materi pelajaran ini, kerjakanlah tugas
berikut.
1. Bacalah bacaan atau artikel di awal bab ini.
2. Daftarkanlah kata yang terdapat dalam bacaan berdasarkan kelas
katanya.
3. Carilah kata yang bermakna denotatif, konotatif, dan berbentuk
ungkapan.
4. Daftarkanlah kata yang bersinonim.
5. Tulislah antonim dari kata bersinonim pada no. 4.
6. Tulislah kalimat yang menurut Anda kurang tepat pemakaian kata
atau frasanya. Lalu, perbaikilah kalimat tersebut.
UJI KOMPETENSI
I. Pilihlah jawaban yang paling tepat dari pernyataan di bawah ini!
1. Kata bulan yang dipakai dalam arti denotatif terdapat pada kalimat
a Ia kejatuhan bulan.
b. Jangan mau menjadi bulan-bulanan.
c. Ia berbulan madu ke Bali.
d. Telah dua bulan ia pergi.
e. Bulan muda dua hari lagi.
86 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
2. Kalimat di bawah ini bermakna konotatif, kecuali
a. Ketika berjumpa denganku, ia membuang muka.
b. Tampaknya ia tidak ambil pusing terhadap masalah yang dihadapinya.
c. Bu Aziz hanya dapat mengurut dada melihat tingkah laku anaknya
yang tidak senonoh.
d. Zainab menjadi bunga desa tempat ia dilahirkan.
e. Sepasang merpati itu bertengger di atas genting rumah tetangga.
3. Dari frasa alih bahasa, timbulah bentukan kata di bawah ini, kecuali
a. alih ilmu
b. alih teknologi
c. alih-alih
d. alih kuasa
e. alih haluan
4. Kalimat berikut yang berkonotasi halus (positif) ialah
a. Gerombolan perampok itu telah diringkus polisi.
b. Ayahnya bekerja sebagai buruh pabrik.
c. Sudah sepuluh tahun ia menjadi karyawan disebuah perusahaan
swasta.
d. Bini Pak Ahmad bernama Ani.
e. Daerah itu sudah bebas buta huruf.
5. Karena setetes darah, banyak jiwa yang diselamatkan.
Arti kata jiwa dalam kalimat di atas sama artinya dengan kata jiwa
dalam kalimat
a. Dokter Sadikin memeriksa jiwa pasien yang bernama Sinyo.
b. Dokter penyakit jiwa sedang memeriksa pasiennya.
c. Oh Tuhan, jiwa ini milikMu juga.
d. Jiwa anak itu terganggu.
e. Sebaiknya badan dan jiwa kita harus sehat.
6. Deretan kata berikut yang termasuk kata sifat
a. melatih, berusaha, mudah
b. makan, lari, baik-buruk
c. mobil, pemuda, mainan
d. murah, sulit, luas
e. pemandangan, pertunjukan
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 87
7. Pamanku menjadi kambing hitam dalam masalah itu.
kambing hitam pada kalimat di atas bermakna
a. tumpuan kesalahpahaman
b. tumpuan kemarahan
c. tumpuan kesalahan
d. tumpuan ketidakadilan
e. tumpuan harapan
8. Kata-kata di bawah ini yang termasuk kata ulang kata dasar
a. berjalan-jalan, dibesar-besarkan
b. gerak-gerik, huru-hara
c. anak-anak, buku-buku
d. kunang-kunang, ubur-ubur
e. porak-poranda, gerak-gerik
9. Ungkapan lama yang jarang digunakan lagi adalah
a. hilang ingatan
b. tunawisma
c. matanya bagai bintang timur
d. ranjau pers
e. sampah masyarakat
10. Kalimat berikut yang mengandung kata berantonim, kecuali
a. Orang itu miskin harta namun kaya hati.
b. Biaya transpor pulang-pergi ditanggung panitia.
c. Menjenguk atau mengunjungi orang sakit itu menumbuhkan rasa
kesetiakawanan.
d. Besar-kecil, tua-muda berbondong-bondong ke lapangan menyaksikan
pertandingan itu.
e. Penderitaan dan kebahagiaan adalah irama hidup.
11. Sebagai pemimpin, ia selalu menganjur-anjurkan kedisiplinan kepada
bawahannya.
Bentuk dasar kata menganjur-anjurkan pada kalimat di atas adalah
a. anjur
b. menganjur
c. anjurkan
d. menganjurkan
e. menganjur-anjur
88 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI
12. Pasangan antonim komplementer
a. marah-hijau
b. mur-baut
c. gadis-jejaka
d. ibu-bapak
e. sabtu-minggu
13. Penggunaan akhiran yang tepat terdapat pada kalimat
a. Prof. Sumintro ekonomiwan terkemuka di Indonesia.
b. Prof. B.J. Habibie ilmuwan kebanggaan bangsa.
c. Prof. Dr. Nugroho Susanto sejarahwan terkenal.
d. Ayahnya seorang geologiawan.
e. K.H. Hasan Basri rohaniawan yang rendah hati.
14. Penulisan kata majemuk di bawah ini yang benar
a. siap tempur
b. matahari
c. kaca mata
d. sapu tangan
e. ibu-bapa
15. Contoh kalimat yang hemat kata (tanpa kata-kata mubazir) adalah
a. Daftar nama-nama karyawan perlu dibagikan hari ini.
b. Masalah-masalah sosial perlu didiskusikan sedini mungkin.
c. Sekretaris adalah merupakan tangan kanan bosnya.
d. Para pejabat-pejabat perusahaan sedang mengadakan rapat.
e. Para hadirin sekalian dimohon berdiri.
16. Kalimat berikut yang termasuk kalimat rancu adalah
a. Kepada hadirin, kami ucapkan selamat datang.
b. Pertandingan antara PSIS dan Persija berakhir seri.
c. Novel ini mengisahkan pelarian seorang gadis.
d. Dalam pembangunan gedung itu menggunakan baja tahan karat.
e. Sekolah kami akan mengadakan bazar dalam rangka ulangan
tahun yang ke-35.
17. Kalimat yang menggunakan kata dalam makna umum adalah
a. Ia menggambar mobil-mobilan.
b. Adik sedang belajar menggambar.
c. Digambarnya pula gunung-gunung.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 89
d. Kadang-kadang menggambar pohon-pohon.
e. Bunga mawar adalah bunga kesukaannya.
18. Di bawah ini terdapat kalimat yang menggunakan kata khusus
kecuali
a. Amir sedang menengok bibinya yang sakit.
b. Mereka melihat pemandangan yang indah.
c. Ia menoleh kepada adiknya.
d. Sarjana itu sedang mengamati hasil temuannya.
e. Karena pergaulannya kurang baik, membawa pengaruh buruk
pada ahlaknya.
19. Peraturan itu berlaku bagi seluruh mahasiswa tanpa kecuali.
Kejanggalan kalimat itu terjadi akibat penggunaan kata
a. seluruh
b. seluruh tanpa kecuali
c. berlaku
d. tanpa kecuali
e. bagi
20. Setiap hari Sabtu dan Minggu kami sekeluarga selalu berkumpul di
rumah Nenek.
Kalimat tersebut menggunakan antonim
a. polarasi
b. resasional
c. hierarki
d. suksesif
e. biner
II. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Carilah kata-kata yang bersinonim dalam wacana di atas!
2. Carilah kata-kata berantonim dalam wacana tersebut!
3. Adakah pemakaian kata, kelompok kata, atau idiom yang kurang tepat,
Jika ada perbaikilah sehingga menjadi tepat!
4. Adakah penggunaan kata berkonotasi dan berdenotasi dalam wacana
tersebut? Kelompokkanlah mana kalimat yang bermakna denotasi danmana yang bermakna konotasi!
5. Sebutkan jenis-jenis ungkapan!
6. Buatlah masing-masing dua kalimat yang menggunakan kata umum
dan kata khusus!
7. Carilah 5 contoh pembentukan kata yang dipengaruhi oleh imbuhan
asing.
8. Jelaskan penyebab terjadinya kesalahan penggunaan kalimat dalam
bentuk lisan dan tulisan!
9. Jelaskan klasifikasi kata berdasarkan kelas kata!
10. Perbaikilah kalimat berikut agar menjadi kalimat yang benar!
− Banyak murid-murid pergi berdarma wisata ke Bali.
− Pacar saya paling tercantik sendiri di kota ini.
− Yang naik sepeda jalannya pelan-pelan dikarenakan banyak anak-anak.
− Peristiwa itu terjadi disebabkan karena kekurangwaspadaan kita.